Mohon tunggu...
Wiselovehope aka Poetvocator
Wiselovehope aka Poetvocator Mohon Tunggu... Novelis - Desainer Komvis dan Penulis Lepas. Unik, orisinal, menulis dari hati.

aka Julianti D. ~ Instagram: @wiselovehope Https://linktr.ee/wiselovehope Https://pimedia.id/wiselovehope Email: wiselovehope@gmail.com Akun Opinia: Julianti Dewi (Wiselovehope) Akun Tiktok: juliantiwiselovehope Akun X:@wiselovehope Akun Threads: @wiselovehope

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Cinta Terakhir Sang Bangsawan (Novel Apocalypse Episode 134)

8 Juni 2023   13:37 Diperbarui: 8 Juni 2023   13:44 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi

"Dokter, apa yang akan Anda katakan kepada Lady Rose seandainya beliau menanyakan perihal putranya?"

Beberapa penumpang masih terus mengulang kalimat yang sama di dalam bus dalam perjalanan pulang rombongan 'go downtown'. Kenneth mulai kehilangan kesabaran. "Kalian diam sajalah! Semua salah Rose sendiri. Sudah risiko jika Leon sampai mengalami hal-hal buruk. Sedari awal kita harus belajar yang namanya hukum alam. Survival of the fittest. Jika Leon bukan yang terpilih untuk tetap hidup, sudahlah! Demikian pula dua orang lain itu! Biarkan saja! Que sera sera, whataver will be, will be!"


Belum lagi usai amarah Kenneth, tetiba bus yang mereka tumpangi oleng. Miring ke kanan dan ke kiri, sepertinya perjalanan naik gunung mereka mendadak jadi begitu berbahaya! Tebing di satu sisi, jurang di sisi lainnya. Meskipun fajar, penerangan masih begitu minim, sangat sulit melihat sekitar

"W-w-what's going on again?"

"Ada apa?"

"Sopir, mengapa bus kita mendadak slip?" Kenneth memicingkan mata sambil berpegangan erat pada jok-jok di sekitarnya.

"Kurasa kita baru saja melalui suatu genangan yang licin di jalan!" lapor sopir sambil berusaha menstabilkan kendaraan, "Apakah itu oli atau tumpahan minyak?"

"Hentikan! Matikan mesin sekarang juga!"

Terlambat. Bus terasa seperti berputar. Decit rem, jerit panik para penumpang dan barang-barang yang beterbangan adalah hal terakhir yang Kenneth lihat dan dengar. Lalu semuanya menjadi sunyi.

(bersambung)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun