"W-what's going on there? The gas station is on fire!" Sopir bus tersadar jika sesuatu yang amat buruk baru saja terjadi!
"Mungkin para penyabotase dan survivor kota yang datang kemudian saling menyerang dan akhirnya terjadilah bakar membakar..." Kenneth sempat mencemaskan Rani. Tetapi mengingat bahwa Orion belum lama ini mendeklarasikan sesuatu yang membuatnya fed up dengan usahanya yang sia-sia, pria itu sudah tak lagi peduli terhadap mereka.
"What about our friends?" tanya beberapa penumpang di bangku belakang, "Tuan Orion, Leon dan Nona Rani?"
"Well, to the bitter truth, actually I don't really care about them! Mereka sudah dewasa, pasti bisa menyelamatkan diri masing-masing!" amarah Kenneth akhirnya meledak juga, "Bagaimanapun nasib mereka adalah pilihan mereka sendiri. Awas jika kalian semua berani buka suara kepada majikan kalian! Siapapun yang coba-coba menentang perintahku akan menerima akibatnya!"
Berusaha keras mengacuhkan kebakaran hebat yang sedang terjadi, Kenneth dan seisi bus segera kembali menelusuri jalan kecil nan gelap menanjak menuju ke Kompleks Delucas.
***
"Leon! Astaga, wajahnya terluka parah! Ia masih tak sadarkan diri Apakah ia akan selamat?" Rani sama sekali tak ingin melihat ke belakang untuk melihat Chestertown untuk yang terakhir kalinya.
"Kuharap anak yang menyusahkan ini baik-baik saja." sahut Orion dingin, masih berusaha berkonsentrasi mengendarai sepeda motornya, tak ingin terlalu khawatir dengan pemuda tanggung yang tersandar di bahunya. Rani erat berpegangan pada pinggangnya sambil menjaga keseimbangan agar mereka tak terjatuh.
"Uh, tidakkah kau prihatin atas kondisinya, Sayang?"
"Terus terang, aku masih cemburu pada apa yang kau janjikan tadi."
Rani tak ingin tertawa pada situasi yang ironis ini, namun tak ayal kecemburuan Orion menyebabkannya terkikih kecil. "Duh, Sayang. Aku takkan senaif itu juga. Itu hanya kukatakan agar nyawa Leon selamat. Aku tak ingin ia meninggal sia-sia."