"Oh, tidak, jangan sekali-kali kau berani mengucapkan sepatah katapun kepada Orion, atau..."
"Atau kau akan menyingkirkanku? Kau mulai berani mengancamku? Oh, coba saja. For your information, rombongan pengungsi yang kubawa sesungguhnya bukan orang-orang biasa. Mereka terlihat seperti lansia dan anak-anak yatim piatu pada umumnya, bukan? Namun sesungguhnya mereka adalah pengikutku yang setia dan terlatih. Para mantan jemaat fanatik yang juga telah muak pada kepemimpinan Rev. James yang konvensional dan kaku."
"Maksudmu?"
"Mereka siap untuk melakukan apa saja. Bahkan sebagian besar sudah kulatih menggunakan senjata. Jadi, apa yang dapat kau perbuat sekarang? Mengusir kami dari sini?"
Mendengar semua hal mengejutkan itu, Orion semakin merasa harus segera membuka rahasia ini! Sayangnya hingga kini Rani belum juga kembali. Orion tak mungkin hanya buka suara seorang diri. Bukti-bukti pernikahan mereka masih aman tersimpan di ransel Rani. Bukannya aku takut, akan tetapi aku tak ingin Rose tetiba marah besar lantas nekat berbuat hal-hal yang tak diharapkan kepada istriku! Kami berdua harus bisa bersama-sama menghadapi semua ini. Tak ada seorangpun yang dapat dipercaya di tempat ini! Rose dan Edward, mereka berdua...
Tetiba pintu utama terbuka. Orion buru-buru bersembunyi di balik pilar tinggi terdekat.
Si pendeta palsu Edward Bennet melangkah keluar, selambat mungkin sambil terkikih. Sepertinya tak ada beban di hatinya, bahkan setelah mengakui semua di hadapan Rose.
"Ah, aku lagi-lagi menang dalam peperangan..."
Tetiba terdengar suara klik lemah dari balik pintu. Kokangan senjata api.
"Edward, tunggu dulu! Kau, son of a..." rutuk Rose perlahan.