Orion tak bereaksi, masih menatap ngeri saat menyadari fakta ternyata Russell harus mati untuk kedua kalinya secara tragis.
"Maafkan aku, Teman. Aku sungguh tak berani melakukannya, tak kuduga ini harus terjadi kepadamu dan juga orang-orang tak berdosa yang mencoba menyelamatkan kompleks ini!"
Tetapi dugaan Orion semula -bahwa riwayat Russell sudah tamat- ternyata salah besar!
Meskipun para petugas dan zombie tewas, akan tetapi tidak dengan yang satu itu.
Dari antara tumpukan mayat zombie lainnya, perlahan sekali bangkit sesosok tubuh besar yang jelas-jelas belum mati. Sekujur tubuh dan busananya menghitam dan telah hangus, tetapi ia jelas belum menyerah.
"Aku... aku sungguh kesakitan. Tolong... bunuh saja aku..." tubuh besar dan kuat itu terlunta-lunta menyeret diri ke tengah arena, "Tuan Orion, jika kau ada di sini, kumohon... bunuh aku!"
"Russell!" Orion merasa hati kecilnya hancur. Mungkinkah karena Kenneth ia jadi begini merana? Nyaris abadi?
Orion tak ingin menunda lagi. Dititahkannya petugas untuk membukakan pintu gerbang arena baginya. Didekatinya Russell yang terkapar menggelepar-gelepar di tanah, begitu ingin mati tetapi tak dapat membunuh dirinya sendiri!
"Maafkan aku, Teman." berjongkok di sisi Russell, Orion tak lagi merasa takut.
"Sampaikan saja kepada keluargaku, aku mencintai mereka..."
"Baiklah. Pergilah dalam damai. Rest in peace, My Friend!"