Mohon tunggu...
Wiselovehope aka Poetvocator
Wiselovehope aka Poetvocator Mohon Tunggu... Novelis - Desainer Komvis dan Penulis Lepas. Unik, orisinal, menulis dari hati.

aka Julianti D. ~ Instagram: @wiselovehope Https://linktr.ee/wiselovehope Https://pimedia.id/wiselovehope Email: wiselovehope@gmail.com Akun Opinia: Julianti Dewi (Wiselovehope) Akun Tiktok: juliantiwiselovehope Akun X:@wiselovehope Akun Threads: @wiselovehope

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerita Pendek Anak: Kisah Monyet dan Kera

21 Mei 2023   07:12 Diperbarui: 21 Mei 2023   07:34 3330
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Alkisah ada dua hewan primata yang sering disangka manusia sama rupanya, akan tetapi sebenarnya sangat berbeda. Monyet memiliki ekor yang luwes dan panjang, sedangkan kera tidak. Akan tetapi keduanya sama-sama cerdas, setidaknya, hampir menyamai para manusia.

Monyet dan Kera hidup bertetangga di sebuah hutan permai yang dekat dengan sebuah desa. Monyet seringkali mengincar segala bahan makanan yang ada di desa tersebut. Kera sudah berulangkali memperingatkannya.

"Jangan malas, Nyet. Kita bersama-sama saja mencari buah di dalam hutan. Bukankah kau juga lincah berayun-ayun dan bisa mudah berpegangan di dahan-dahan dengan ekormu yang panjang itu?" Kera kerap mengatakan kelebihan Monyet.

Akan tetapi Monyet selalu mengelak. "Ah, benar. Tetapi jika ada yang mudah, mengapa harus bersusah payah melakukan yang sukar?"

"Hari ini aku mau berangkat ke hutan mencari buah-buahan segar bersama kawananku, kau mau ikut, Nyet?"

"Malas ah, repot ah, capek ah. Maaf, Ra. Aku lebih senang mencoba sesuatu yang baru, aku mau coba masuk ke desa manusia." Monyet mencari alasan.

"Apa kau yakin, Nyet? Kudengar-dengar ada kabar angin, serombongan pemburu dan pencari hewan liar datang ke desa itu untuk melakukan tugas mereka lho. Nanti kau tertangkap."

"Halah, aku 'kan bukan hewan bahan makanan manusia! Mereka takkan mengapa-apakanku! Tidak, aku punya caraku sendiri. Sudahlah, kalian Kera berangkat saja!" Monyet masih bersikeras menolak dengan penuh percaya diri.

"Baiklah, sampai jumpa, dan hati-hati, ya."

Kera berlalu, sedangkan Monyet tertawa senang. Ia membayangkan akan menemukan segala pangan manusia nan sedap-sedap. Sudah beberapa hari ini ia mencium aroma kacang-kacangan, makanan kesukaannya. Monyet pun datang sendiri saat suasana desa sedang sepi. Penduduk bertani, anak-anak bersekolah, tak ada seorangpun di sekitarnya.

"Kacang itu ada dalam kendi, ditaruh begitu saja di tanah!" Bagian bawah kendi itu ditanam setengahnya di dalam tanah, tapi bagi Monyet itu tak masalah, "Dasar manusia bodoh, mereka kira aku akan mencuri kendi itu. Tanganku cukup panjang untuk meraih kacang sebanyak yang aku mau!"

Setelah melirik kanan kiri dan memastikan keadaan aman, Monyet pun memasukkan sebelah tangannya ke dalam leher kendi. Ia begitu rakus hingga mengambil banyak sekali kacang dalam genggamannya.

Namun Monyet mengalami kesulitan saat ia berusaha menarik tangannya keluar. Kepalan tangannya penuh kacang sehingga leher kendi itu jadi terlalu sempit bagi lengannya. Kendi itu bertahan kuat pada tempatnya, tak mungkin juga menggali tanah dan mencabutnya.

"Duh, ini menyebalkan. Akan tetapi aku akan berhasil, aku akan mengeluarkan tanganku dan kacang-kacangku!" Monyet terus berusaha.

Tak peduli seberapapun kuat ia menarik tangannya ke atas, selama ia masih bersikeras mempertahankan genggamannya, leher kendi itu terlalu sempit baginya.

"Oh, tidak!" Monyet mulai panik. Beberapa manusia dari persembunyian muncul dan mendekatinya!

"Aha, lihat, berhasil, dengan mudah kita dapat monyet yang bagus sekali untuk dilatih menjadi anggota sirkus! Ayo, ikut dengan kami!" Ternyata para pemburulah yang telah memasang jebakan kendi berisi kacang itu.

Monyet berusaha kabur dengan kacangnya, akan tetapi selalu gagal. Akhirnya ia hanya bisa pasrah, tertangkap oleh para pemburu.

Sedangkan Kera berhasil pulang dengan buah-buahan hasil jerih payahnya dengan kawanannya. Sayang sekali, tampaknya ia takkan bisa bertemu lagi dengan Si Monyet.

Tamat.

Pesan moral: jangan malas selama kita punya kelebihan, jangan terlalu serakah, sebab apa yang kita bayangkan dan rencanakan tak selalu seperti apa yang kita dapatkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun