Mohon tunggu...
Wiselovehope aka Poetvocator
Wiselovehope aka Poetvocator Mohon Tunggu... Novelis - Desainer Komvis dan Penulis Lepas. Unik, orisinal, menulis dari hati.

aka Julianti D. ~ Instagram: @wiselovehope Https://linktr.ee/wiselovehope Https://pimedia.id/wiselovehope Email: wiselovehope@gmail.com Akun Opinia: Julianti Dewi (Wiselovehope) Akun Tiktok: juliantiwiselovehope Akun X:@wiselovehope Akun Threads: @wiselovehope

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Cinta Terakhir Sang Bangsawan (Novel Romansa Thriller Apocalypse Episode 108)

17 Mei 2023   10:41 Diperbarui: 17 Mei 2023   10:48 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


"Apa yang Anda bawa dalam vial-vial itu?" Leon bergidik. Yang ada di benaknya adalah suntikan berisi semacam cairan beracun atau apalah.
"Kau bisa tebak sendiri, ini bukan racun biasa. Ini hasil riset kami di Lab Barn selama beberapa hari yang sudah kuujicobakan kepada beberapa 'victim'. Cara aplikasinya cukup mudah. Bisa lewat tembakan senjata berpeluru obat bius, bisa dengan suntikan. Prosesnya instan dan takkan terlalu 'menyakitkan' setidaknya untuk korban yang memang sudah mati."


Maharani sebenarnya tak berani ikut campur, enggan berdialog dengan dokter yang tak pernah bisa ia sukai ini. Tetapi rasa penasaran memaksanya untuk bertanya, "Apakah itu aman seandainya tak sengaja terkena tubuh manusia?"


Dokter Kenneth terdiam, lama kemudian baru menjawab dengan suara perlahan sekali, "We'll have to see it for ourselves! Now, let's go!"


**********


Lady Magdalene dan Orion bersama sang nyonya rumah tak lama kemudian sudah berada di deretan VIP sebuah arena terbuka berpembatas pagar listrik aktif tepat di sisi kamp Edward Bennet. Grace tidak diizinkan untuk hadir, namun seisi kompleks Delucas lainnya wajib menyaksikan. Area berbentuk lingkaran besar itu diberi penerangan lumayan terang bagaikan sebuah stadion sepak bola dadakan. Cahaya-cahaya dari lampu-lampu sorot tinggi seakan sengaja dipasang agar semua mata bisa jelas memandang ke tengah arena. Selain Orion, ibunya dan Rose, Edward Bennet dan seisi kamp juga menonton dari sisi lain.


Semua rombongan go downtown sudah berada di gerbang utama, siap untuk berangkat. Lady Mag dan Orion ditahan Rose agar tak ikut melepas kepergian Rani, Leon dan Kenneth. Meskipun geram dengan keputusan itu, Orion tak mampu berbuat apa-apa.


"Sebenarnya ada acara meriah apa malam-malam begini?" Mag tak dapat menahan-nahan lebih lama lagi rasa penasarannya.


"Kau akan lihat sendiri. Kita tunggu hingga rombongan go downtown berangkat dari kompleks kita."


"Kelihatannya kau sudah mempersiapkan beberapa senjata, Rose. Untuk apa semua itu?" selidik Orion curiga.


"Oh, senapan-senapan ini? Hanya akan digunakan dalam keadaan darurat, just in case!"


Henry Westwood datang memberi laporan, "Milady Rose, rombongan go downtown sudah berangkat dengan bus pegawai! Di depan kompleks tadi tak ada halangan berarti, awal yang baik. Apakah Anda sudah siap untuk memulai acara ini?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun