"Saya masih tak percaya ini sungguh-sungguh jasad pendeta utama kota kecil kita yang sudah beberapa waktu tak muncul ke hadapan publik!" Henry Westwood lama kemudian baru dapat bicara. Sebagai pria yang cukup matang, ia hampir tak pernah menangis. Namun pada siang hari menjelang sore nan muram itu, sang kepala pelayan dan Orion sama-sama menunduk sejenak, menahan tangis, menitikkan air mata.
"Sungguh, Tuan Orion, seumur hidup baru kali ini saya merasa sesedih ini, meski tindakan ini sangat dibenarkan dan legal sekalipun. Saya sering menembak hewan buruan, tak pernah melukai yang masih hidup, namun sekarang, aku baru saja..."
"Rev. James sudah meninggal dunia secara alami dan sekarang sudah tenang. Sebaliknya, beliau akan sangat berterima kasih kepadamu, Tuan Henry. You just did the most humane, honorable thing. Aku juga harus melakukannya sesegera mungkin kepada seseorang di Lab Barn."
Henry hendak bertanya lebih banyak, namun ia urungkan semua rasa penasaran itu. "Seseorang? Uh. Ya, I hope Rev. James rests in peace. Sekarang apa yang harus kita lakukan?"
Tak lama, kedua pria itu sudah berada di luar kompleks Delucas via pintu rahasia di garasi. Dua sekop penggali tanah ada di tangan mereka. Henry sedikit masih terkejut dan gugup. Selama ia tinggal di sini, ia belum pernah sadar pada keberadaan pintu keluar garasi rahasia itu, mengapa Orion yang masih termasuk 'sangat baru' bisa tahu begitu banyak hal? Tetapi lagi-lagi belum ada kesempatan untuk bertanya.
Situasi sangat sepi. Orion tak ingin buang-buang waktu. Di tanah gembur dalam hutan berbukit-bukit, keduanya secepat mungkin menggali sedalam yang mereka bisa. Jenazah Rev. James yang sudah dimasukkan ke dalam sebuah body bag yang berhasil 'dicuri' Henry dari gudang persediaan mereka makamkan baik-baik. Menandai lokasi itu dengan tanda salib sederhana dari dua ranting yang ditalikan, Orion tak dapat menahan air mata. Inilah kehilangan terbesar keduanya, jika bukan yang ketiga. Walau tak sempat mengenal Russell, juga tak memiliki hubungan keluarga dengan Rev. James, pemuda itu merasakan empati luar biasa.
"Tuan Orion, semoga Rev. James tenang di atas sana. Anda tak perlu khawatir, saya tidak akan berbicara mengenai ini kepada dokter Kenneth Vanderfield atau Lady Rosemary."
"Ya, pada waktunya semua akan kuungkapkan. Aku takkan menutupi semua ini, hanya menunggu waktu yang tepat. Maafkan aku juga, Tuan Westwood, melibatkanmu dengan masalah ini."
"It's okay. Sejujurnya, saya sempat heran," di tempat sesunyi ini, Henry memberanikan diri untuk bertanya kepada Orion, "jika Anda tak keberatan, bolehlah saya bertanya satu dua hal?"
"Silakan..."