Sementara itu di ruang perpustakaan, Maharani dan kedua remaja Delucas masih sibuk belajar. Walau terhanyut, Rani masih cemas memikirkan semua.
Ketika menerima titipan, Orion kelihatannya senang sekaligus gelisah sekali tadi. Apakah dia... sekarang mencoba mencari keberadaan sosok pembawa benda itu? Kurasa aku harus menyusulnya... Aku tak boleh membiarkan suamiku bertindak gegabah, jika benar itu Rev. James!
"Nona Rani, mau ke mana?" Grace dan Leon heran saat Rani tetiba berdiri dan berjalan menuju pintu perpustakaan.
"Uh, aku lupa telah meninggalkan ponselku di paviliun, aku menunggu kabar dari keluarga besarku di Evernesia! Kalian tunggu di sini saja, cobalah buat beberapa kalimat tanya sederhana seperti yang tadi kucontohkan. I'll be right back!"
"Oh I see, okay, Nona Rani. Kami menunggumu!" sahut Grace.
Begitu Rani sudah pergi, Leon segera mengutarakan kecurigaannya kepada sang adik, "Kelihatannya Nona Rani kali ini tidak jujur kepada kita berdua."
"Dari mana kau tahu jika ia berbohong?"
"Jaringan komunikasi sudah cukup lama mati dan kurasa tidak akan pernah pulih lagi. Jadi percuma memiliki telepon genggam dan mengakses komputer, tak ada seorangpun bisa online! Mungkin di Everopa saja, mungkin juga di seluruh dunia!" Leon tertawa dengan nada ironis, "Kurasa, ia sedang menyusul Papa Orion. Urusan apa, well, aku tak tahu. Sementara mama kita kedatangan Lady Mag, ia belum lagi menghabiskan waktu bersama Papa Orion!"
"Oh, damned right. Kurasa kau benar soal telepon itu, hanya alasan saja. Mungkin juga benar ada hubungan khusus antara Papa Orion dengan Nona Rani. Tetapi selama kita tak memiliki bukti, kita tak bisa berbuat apa-apa. CCTV saja mati..."
***
Orion perlu mengambil keputusan tegas dalam waktu sesingkat-singkatnya. Meminta bantuan Henry atau melakukannya sendiri?