Tetiba mata Rev. James terbelalak lebar. Dari luka menganga di lehernya serta mulutnya menyembur darah kehitaman.
"Tidaaak! TIDAK!" Orion tak ingin berteriak, namun tak ayal suaranya keluar juga walaupun ia sudah berusaha sekuat tenaga untuk tak berbuat keributan.
"Ma-ma-maafkan aku..." itulah kata-kata terakhir dari sang pendeta sebelum meregang nyawa, kembali kepada Sang Pencipta.
"Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil, terpujilah nama Tuhan..." Orion mengulurkan tangannya yang bersarung ketat untuk menutup mata Rev. James yang belum sempat terpejam.
"Ya Tuhan, tak pernah terpikirkan olehku harus melakukan semua ini seorang diri." Orion berdiri, sejenak berjalan gelisah dalam garasi yang kini terasa makin mencekam. Ia harus segera bertindak sebelum hal yang menimpa Russell kembali terjadi pada jasad Rev. James. Maka dimantapkannya hati, walau sangat berat, ia harus melakukan ini secepat dan setepat mungkin. Diraihnya shotgun dan membidik, bersiap-siap menarik pelatuk. Tetapi...
"Oh, no! It couldn't be true!"
Jasad Rev. James yang selama beberapa menit terdiam, tetiba bergerak-gerak kembali. Dimulai dari jemarinya, perlahan tetapi pasti, lalu tangannya mulai terangkat...
Apakah telah terjadi keajaiban?Â
(bersambung)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H