Mohon tunggu...
Wiselovehope
Wiselovehope Mohon Tunggu... Novelis - Desainer Komvis dan Penulis Lepas. Unik, orisinal, menulis dari hati.

aka Julianti D. ~ Instagram: @wiselovehope Https://linktr.ee/wiselovehope Https://pimedia.id/wiselovehope Email: wiselovehope@gmail.com Akun Opinia: Julianti Dewi (Wiselovehope) Akun Tiktok: juliantiwiselovehope Akun X:@wiselovehope Akun Threads: @wiselovehope

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Cinta Terakhir Sang Bangsawan (Novel Romansa Thriller Apocalypse Episode 93)

9 Mei 2023   10:56 Diperbarui: 9 Mei 2023   11:09 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suara rifle tak berperedam itu mengoyak kesunyian. Ternyata tembakan Lady Mag tak terlalu jitu! Hanya mengenai dada si zombie, lalu beberapa lagi yang ia susulkan mengenai kaki dan tangan.

Zombie itu tersungkur, namun tangannya masih menggapai-gapai, sangat dekat dengan kaki Orion!

"Well, Mama, thanks, I'll take the finishing part!" Orion tak ingin menghamburkan pelurunya. Diraihnya bet kasti Leon dari ransel dan dilakukannya hal yang sama dengan yang Rani lakukan di toko tadi.

Rani dan Mag menatap ngeri, namun bersyukur. Beberapa belas zombie akhirnya terbebas dari penderitaan mereka.

Orion terburu-buru menutup pintu gerbang ganda, sementara Rani dan Mag berpelukan lega. "Astaga, kalian berdua tak apa-apa? Thank God! Leon dan Grace pergi begitu saja tadi, aku lengah!" lapor Lady Mag kepada putra dan menantunya dengan napas terengah-engah.

"Kami tak menyalahkanmu, Ma! Sekarang kita bertiga ke kompleks Delucas saja! Aku yakin Mama takkan ditolak oleh Lady Rosemary! Semoga kita bisa menyusul anak-anaknya, atau mungkin juga mereka sudah kembali duluan dengan selamat. Jangan terlalu cemas, oke?" Orion berusaha membesarkan hati ibunya, meski dalam hati ia tak terlalu yakin jika Leon dan Grace baik-baik saja!

***

Sementara itu Leon dan Grace tampaknya belum tiba di kompleks Delucas. Hari sudah pagi, suasana perbukitan sangat sepi, sementara tak ada tanda-tanda kehidupan baik dari alam maupun tanda-tanda kemunculan korban reanimasi.

"Si-a-laaan! Mengapa sepeda motorku rusak saat seperti ini? Bensinnya habis atau bagaimana 'sih?" Leon terpaksa berhenti memarkirkan kuda besinya di pinggir jalan.

"Sudahlah, pintu rahasia tak jauh lagi, paling-paling tiga puluh menit saja berjalan kaki! Tinggalkan saja sepeda motor sport butut ini di sini dan kita pulang, Kak!" kesal Grace.

"Tidak, enak saja! Aku yakin kita akan baik-baik saja, aku akan coba panaskan mesinnya lagi!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun