Mohon tunggu...
Wiselovehope
Wiselovehope Mohon Tunggu... Novelis - Desainer Komvis dan Penulis Lepas. Unik, orisinal, menulis dari hati.

aka Julianti D. ~ Instagram: @wiselovehope Https://linktr.ee/wiselovehope Https://pimedia.id/wiselovehope Email: wiselovehope@gmail.com Akun Opinia: Julianti Dewi (Wiselovehope) Akun Tiktok: juliantiwiselovehope Akun X:@wiselovehope Akun Threads: @wiselovehope

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Cinta Terakhir Sang Bangsawan (Novel Romansa Thriller Apocalypse Episode 86)

4 Mei 2023   08:13 Diperbarui: 4 Mei 2023   08:20 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Sejujurnya, aku tak yakin jika mereka semua masih hidup..." ungkap Orion dengan suara sangat pelan hingga hanya Rani yang bisa mendengar.

"Tak ada jalan lain? Apa kita harus melewati mereka, Sayang?"

"Ya, ini jalan satu-satunya, dan aku takkan berbuat bodoh lagi seperti waktu itu. Walau kali ini kita mengenakan perlengkapan dengan prokes lengkap, tak ada jaminan jika kita 100 persen aman dari Octagon..."

Orion memalingkan wajah ke Leon yang masih berada di sebelahnya, "Anak Muda, dalam hitungan 3, 2, 1 disusul aba-abaku, kita bersama-sama pacu sepeda motor secepatnya melewati mereka, siapapun dan apapun mereka... Jangan menoleh dan berhenti. Apapun yang terjadi, bertahanlah!"

"Siap..."

"Apakah semua akan tetap aman?" Grace meringis.

"Ready or not, here we come! Pegangan yang erat, Dik!" Leon juga berdoa dalam hati.

Orion mulai menghitung, suaranya kali ini cukup keras, "Three, two, one..."

Kedua pemuda itu menyalakan mesin dan lampu depan sepeda motor mereka kembali sementara sosok-sosok itu belum bereaksi.

Belum ada seorangpun termasuk dokter Kenneth yakin jika panca indra zombie Octagon masih berfungsi, namun Orion dan Rani yakin jika mereka 'tertarik' pada makhluk hidup! Entah karena suara maupun cahaya. Akan tetapi kini, sosok-sosok itu, kemungkinan besar sebuah keluarga, sepertinya mulai 'sadar'. Mereka menoleh dan terhuyung-huyung bangkit. Seperti dalam film-film horor, beberapa merentangkan tangan ke depan. Mereka bergerak perlahan tapi pasti menuju sepeda-sepeda motor. Menuju para 'pengusik ketenangan' mereka!

"Now, now, now!" Orion tancap gas, disusul sepersekian detik kemudian oleh Leon.

Berempat mereka menyerbu ke depan bagai angin topan. Kedua wanita pembonceng hanya bisa menatap nanar. Ingin memejamkan mata, namun rasa ingin tahu malah memaksa mereka untuk menatap sejenak wajah-wajah manusia bernasib tak jelas di jalan raya itu. Antara miris menyedihkan sekaligus mengerikan.

"To-to-tolong..." beberapa sosok pucat itu seolah mengatakan itu walau Rani tak yakin pada pendengarannya. Suara permohonan itu begitu lemah, nyaris seperti embus angin di malam yang sunyi.

"Ka-ka-kami belum mati!"

"Haus... sesak... lapar! Selamatkan kami! Kami butuh udara segar. Makan. Minum. Air."

"Kami... belum... mau... mati!"

"Tidak, tidak, tidak, ini semua tak sedang terjadi dan ini sama sekali tak benar-benar ada! Semua yang kalian katakan hanya ilusi!" Grace menggeleng-gelengkan kepala, berusaha menepis semua yang ia dengar, "Pergilah! Pergi jauh-jauh dari kami!"

"Hold on tight!" seru semua pria.

"Here we come!"

Rombongan Orion berhasil menembus jalan, nyaris melindas beberapa kaki manusia yang tampaknya tak lagi memiliki kemampuan untuk berteriak kesal.

Semua sosok itu menoleh dan coba meraih-raih, namun tak berhasil menggapai. Entah karena lemah atau memang keberuntungan masih memihak Orion dan teman-temannya.

"Fiuh... kita berhasil!" Grace ingin sekali menoleh untuk tahu apakah sosok-sosok itu akan mengejar namun terlalu takut untuk melakukannya.

"Ladies, Leon, kalian tak tersentuh oleh mereka?" tanya Orion untuk memastikan semua tak apa-apa.

Leon cepat menjawab, "Aku lolos, Papa Orion! Kita berhasil! Terima kasih!"

"Ya, syukurlah! Kasihan sekali, entah mereka 'manusia survivor' atau... Maafkan aku, sungguh merasa tak berdaya, tak bisa berbuat apa-apa!" Rani malah merasa sedih, teringat pada zombie-zombie Viabata dalam mimpi lama terburuknya.

"Kami baik-baik saja! Ayo cepat ke mansion Brighton!" Grace merasa pengalaman itu sudah cukup, tak seberapa seram namun jelas tak ingin diulanginya lagi!

***

Lady Rosemary sendiri beristirahat namun belum lagi jatuh tertidur di atas ranjang besar mewahnya. Orion entah di mana, yang jelas dini hari ini sang istri pertama merasa rindu. Ia tahu pemuda itu, seperti saran Kenneth tadi, harus ia dekati. Akan tetapi keberadaan Rani entah mengapa mengusiknya.

Tadi aku mengutusnya ke Lab Barn, sayang sekali tetiba mati lampu, aku kehilangan data-data penting yang seharusnya terekam! Tapi sudahlah, asal Kenneth mau mencoba pendekatannya, aku santai saja. Leon putraku, dia yang mulai meresahkan. Dalam kondisi krisis seperti ini bukan mustahil ia akan mencoba mendekati wanita manapun termasuk Rani! Oh ya, ide yang tadi, brilian juga. Edward Bennet tak boleh berlama-lama ada di kompleks ini! Bukan hanya cadangan dan sumber daya yang ia turut habiskan... Ia bisa membocorkan semua rahasia ini kepada siapapun! Pokoknya nanti pagi akan kuurus semuanya hingga kupastikan Orion takkan pernah tahu!

***

Sementara itu sosok misterius yang masih berada di 'kamp tamu' Edward Bennet masih bersembunyi di area bayang-bayang. Ia sadar tempat ini sangat berbahaya baginya dan ia bisa ditangkap kapan saja. Ia bukan bagian dari 'koloni' ini. Takkan ada seorangpun yang akan menolongnya apabila ia sampai ketahuan!

"Tetapi aku harus bisa menemui Orion Brighton secepatnya sebelum ajalku tiba. Semua sudah sejauh ini dan aku takkan mundur sedikitpun. Orion, bagaimana caranya agar aku bisa berjumpa denganmu? Kau ada di mana?"

(bersambung)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun