"Orion, please..."
"More?"
"Yes. But not tonight. Kita harus segera pergi."
"Oh, no. I want to wake up here with you!"
"Lain kali saja. Ayolah, jangan sampai aku berubah pikiran dan tak mau ikut lagi.."
"Well, kita harus menemani anak-anak itu. We can't change their minds, anyway."
Mereka tak bisa berlama-lama melakukan kenikmatan khusus suami istri yang satu itu karena waktu hampir menunjukkan pukul 12 malam. Orion mau tak mau menyudahi semua, bergegas membenahi diri sebisanya lalu mengucap salam kepada Rani, "Terima kasih... Bersamamu benar-benar telah membuatku lupa diri dan waktu. Kita tak bisa berlama-lama di sini. Aku duluan. Kau janji segera menyusulku, Sayang?"
"Baiklah! Be careful!"
"You too! Jangan lupa bawa ponselmu, walau mungkin kita takkan sempat atau bahkan bisa menggunakannya. Entah masih ada sinyal telekomunikasi atau tidak di Chestertown!"
"Baiklah. Take care and see you soon!" Orion mengenakan masker dan memberi salam khasnya.
Rani menutup pintu keluar. Segera dipilihnya busana hitam yang ketat dan nyaman untuk menemani petualangan rahasia malam ini. Tadinya ia sama sekali tak mau turun ke Chestertown, tetapi karena Orion kelihatannya mulai ikut bersemangat, ia tak punya pilihan lain. Cepat atau lambat mereka harus pergi juga untuk menemui dan menyelamatkan Lady Magdalene.
Orion bersyukur, tak ada siapapun memergokinya sepanjang jalan menuju main mansion hingga akhirnya tiba di perpustakaan yang gelap gulita. Di sana telah menanti kedua remaja Delucas. Mereka bermasker, beransel mini dan berpakaian serba gelap. Peralatan yang dibawa di ransel masing-masing sederhana saja. Beberapa 'senjata darurat' ala remaja.
"Papa Orion, syukurlah kau datang juga! Aku jauh merasa lebih aman jika ada Anda!" Grace tampak girang padahal tadinya ialah yang paling menentang rencana gila kakaknya ini.
"Oh ya, satu peserta perjalanan lagi. Di mana Nona Rani?" Orion pura-pura tidak tahu.
"Semoga Nona Rani tak mengadu ke mama atau dokter Kenneth!" Leon kelihatan cemas, "CCTV-CCTV juga sementara sudah kumatikan, nanti kupikirkan alasannya jika ada yang sampai bertanya!"
"Aku di sini, maaf jika sedikit terlambat!" Rani muncul mendatangi ketiga rekan petualangannya, "Syukurlah cahaya di main mansion remang-remang karena tak semua lampu dinyalakan demi penghematan! Penjaga malam juga tidak ada! Betapa beruntungnya kita!"
"Ya, mereka masih sibuk dikerahkan memantau para tamu. Mama tak pernah kelihatan sesibuk atau sepanik ini! Sebenarnya karena itu 'yang mulia Hamba Tuhan' Reverend Edward Bennet atau karena apa 'sih?" cerocos Leon itu membuat dahi Orion yang licin berkerut seketika.
"Hah, dia ada di sini?" Sang ayah sambung baru saja tahu nama tamu misterius yang tadi belum diinfokan Henry si kepala pelayan.
"Ya, yang menikahkan kalian, pengganti Rev. James." Leon ingin menambahkan, 'Yang fotonya kau simpan di flash disk!' Akan tetapi ia tak yakin dengan komentar adiknya dan Rani. Jadi ia diam saja.
"Mari kita pergi dan segera kembali. Jangan terlalu berjauhan, sebab kita tak pernah tahu bagaimana kondisi Chestertown saat ini. Apakah masih aman atau malah sudah..."
Keempatnya tak ingin banyak bicara lagi. Bersenter, Leon dan Orion memimpin jalan. Bagi Rani ini bukan pertama kali ia menelusuri lorong, namun Grace tampak takjub.
"Guys, kalian tahu dari mana ada lorong seperti ini? Curang, belasan tahun bersama, kau tak pernah sekalipun mengajakku main petak umpet di sini!" rutuk Grace.
"Bukan aku tak mau. Tetapi adikku tipe tuan putri ala Barbie-barbie-an yang tak suka pada semua permainan kotor anak laki-laki sepertiku!" Leon menyeringai walau tertutup masker. Pemuda itu cukup senang karena ada Rani di rombongannya. Meskipun ibu gurunya terasa benar menjaga jarak, bahkan kelihatan 'lengket' benar dengan Orion, dianggapnya itu semata-mata hanya gegara takut.
Keempatnya segera tiba di garasi kecil di mana sepeda-sepeda motor terparkir bersama beberapa koleksi mobil lama yang jarang dikendarai Lady Rosemary.
"Bagaimana jika kita naik mobil lama mama saja?" usul Grace, "Kelihatannya jauh lebih aman..."
"Hmm... betul, namun akan sulit bagi kita karena ada cukup banyak barikade di jalan," Orion menggeleng.
"Darimana Anda tahu?"
Orion merasa keceplosan. Tetapi cepat ia menjawab, "Saat mengunjungi Lady Mag, sudah ada beberapa mulut jalan yang ditutup."
***
Lady Rose yang belum tahu semua yang terjadi baru bisa kembali menjelang tengah malam. Makanan yang disediakan untuknya sudah mulai dingin, namun karena ia begitu lapar, disantapnya juga semua yang ada.
Setelah perut kenyang, malah Rose kini merasa begitu lelah. Sungguh walaupun begitu rindu untuk tidur di sisi Orion dan kembali mencoba bermesraan layaknya suami-istri, ia sedang tak bisa karena 'masalah besar' yang menghalangi.
Uh, semua gegara Edward Bennet sial itu! Aku harus menyingkirkannya. Tak ada jalan lain. Edward Bennet sangat berbahaya! Oh, ya, aku tak usah jauh-jauh... ada seseorang yang bisa membantuku dengan senang hati!
(bersambung)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H