Mohon tunggu...
Wiselovehope aka Poetvocator
Wiselovehope aka Poetvocator Mohon Tunggu... Novelis - Desainer Komvis dan Penulis Lepas. Unik, orisinal, menulis dari hati.

aka Julianti D. ~ Instagram: @wiselovehope Https://linktr.ee/wiselovehope Https://pimedia.id/wiselovehope Email: wiselovehope@gmail.com Akun Opinia: Julianti Dewi (Wiselovehope) Akun Tiktok: juliantiwiselovehope Akun X:@wiselovehope Akun Threads: @wiselovehope

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Cinta Terakhir Sang Bangsawan (Novel Romansa Thriller Apocalypse Episode 81)

2 Mei 2023   08:38 Diperbarui: 2 Mei 2023   09:04 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Uh... sungguh Kak, idemu kali ini sangat gila, keterlaluan, bodoh dan berbahaya! Sebaiknya tidak, Leon. Aku tak ikutan! Bukankah pagar listrik dan CCTV sudah kembali aktif? Kita juga bisa ketahuan!" Grace buru-buru berusaha mencegah niat nakal kakaknya.

"Hei, aku lahir duluan 3 tahun darimu, aku tahu banyak jalan rahasia di kompleks ini, mungkin sudah semuanya. Denahnya pun telah kubuat bertahun-tahun lamanya saat senggang. Ternyata banyak sekali spot yang tak terjamah CCTV, apalagi diberi pagar listrik! Kita bisa menyelinap keluar seperti tikus-tikus got!" Leon malah tambah bersemangat.

Orion segera menguatkan pendapat Grace, "Same here, I can't say that I'm agree. Menurutku, jangan coba-coba keluar dulu. Karena kita tak tahu apakah Chestertown masih cukup aman untuk dijelajahi!" Tak hanya masalah itu, ia sebenarnya ingin sekali keluar berdua saja bersama Rani. Kali ini tentu saja dengan perlindungan protokol kesehatan dan alat bela diri memadai (atau seadanya). Tetapi, pergi bersama Leon dan Grace? Tampaknya pergi berempat ke 'kota hantu' di malam hari bukan ide yang baik!

"Ya, Papa Orion betul. Namun kita juga bukan anak-anak kecil lagi. Kita pasti bisa mengatasi semuanya!" Leon masih berkeras hati, "Lagipula, Nona Rani masih punya 'utang' janji denganku. Meski tadi ia sudah menemaniku makan siang berdua saja, tetapi aku belum selesai di sana. Berkuda dan piknik batal, jadi aku masih berhak menginginkan satu lagi penggantinya!"

Orion terhenyak, Hei, Rani tak bilang apa-apa soal janji Leon. Tapi memang kami belum berkomunikasi tanpa privasi. Ia hanya bisa curi-curi memandang Rani yang tentu saja terdiam, tak berani menatap mata siapapun.

Akhirnya gadis itu ikut berkomentar, "Uh, sesungguhnya aku hanya ingin kita semua aman dan selalu baik-baik saja. Leon, sebegitu inginkah kau pergi diam-diam ke Chestertown?"

"Jika kita sama sekali menutup diri di sini dan berada dalam comfort zone sama saja dengan.. apa, ungkapan Evernesia itu, Nona Rani? Katak di dalam tempurung?" Leon masih bersikeras membujuk.

"Kita naik apa ke sana? Berjalan kaki?" Grace juga masih mencari celah untuk mencegah niat gila kakaknya.

"Kau lupa, aku punya sepeda motor sport yang kuminta sebagai hadiah ulang tahun ketujuh belas? Kita bisa berboncengan. Dan Papa Orion, uh, bisa dengan Nona Rani!" Meski lontaran ide terakhirnya membuat Leon kesal sendiri, ia tak punya pilihan lain.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun