Mohon tunggu...
Wiselovehope aka Poetvocator
Wiselovehope aka Poetvocator Mohon Tunggu... Novelis - Desainer Komvis dan Penulis Lepas. Unik, orisinal, menulis dari hati.

aka Julianti D. ~ Instagram: @wiselovehope Https://linktr.ee/wiselovehope Https://pimedia.id/wiselovehope Email: wiselovehope@gmail.com Akun Opinia: Julianti Dewi (Wiselovehope) Akun Tiktok: juliantiwiselovehope Akun X:@wiselovehope Akun Threads: @wiselovehope

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Cinta Terakhir Sang Bangsawan (Novel Romansa Thriller Apocalypse Episode 72)

12 Maret 2023   19:47 Diperbarui: 12 Maret 2023   20:22 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rani tak dapat melihat banyak objek berarti dalam ruangan besar temaram bersuhu sangat rendah itu. Namun ia sudah terlanjur masuk dan bertekad akan menyelidiki segalanya.

Ada deretan kandang besi kosong, sekilas seperti di dalam pet shop atau toko penjualan hewan peliharaan. Entah untuk apa atau siapa, yang jelas semua itu lebih mirip penjara-penjara mini yang menyedihkan. Lalu deretan meja penelitian, mikroskop, labu erlenmeyer, tabung-tabung reaksi, serta cairan-cairan aneh dalam botol-botol kaca.

Astaga. Ini seperti sebuah laboratorium rahasia, atau jangan-jangan... langkah Rani terhenti saat menatap sederetan lemari besi serupa kulkas-kulkas satu pintu. Tak perlu waktu lama baginya untuk menyadari jika itu...


Lemari pembeku? Apa itu untuk jenazah? Jadi tempat  ini... sebuah ruang mayat?

Rani tak ingin mendekat, apalagi sampai membuka dua di antara pintu-pintu yang sepertinya 'berpenghuni' itu, ditandai dengan semacam lampu peringatan, tetap menyala darurat seperti halnya beberapa lampu kecil dalam bangunan Lab Barn. Mungkin telah disediakan sumber daya cadangan agar apapun isinya tetap awet.

Aku pergi saja. Mungkin dokter Kenneth melakukan ini masih dalam kapasitasnya sebagai seorang tenaga medis. Aku akan dianggap terlalu ingin ikut campur. Tetap saja, memiliki ruang penyimpanan jenazah bervirus di lahan pertanian ini, sedikit menakutkan...

***

Sementara dokter Kenneth dan staf yang menjadi asistennya masih terduduk di lantai.  Zombie Russell masih meronta, tak seberapa jauh, terpacak di atas ranjangnya. Belenggu-belenggu dan rantai yang menahannya hampir putus karena kekuatan sentakannya. Sewaktu-waktu ia akan terlepas!

"Dokter, apa kita tak sebaiknya kabur sejauh-jauhnya dari sini selagi masih ada kesempatan?" asisten yang ketakutan itu tak terlalu menghiraukan ancaman si dokter atas dirinya, jauh lebih khawatir pada sosok mengerikan yang baru saja mencekiknya.

"Tunggu sebentar lagi saja. Aku masih ingin melihat apa saja yang Russell bisa lakukan!" Kenneth bersikeras bertahan, walau mereka perlahan-lahan beringsut menjauh dari tempat mereka terjatuh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun