Mohon tunggu...
Wiselovehope
Wiselovehope Mohon Tunggu... Novelis - Desainer Komvis dan Penulis Lepas. Unik, orisinal, menulis dari hati.

aka Julianti D. ~ Instagram: @wiselovehope Https://linktr.ee/wiselovehope Https://pimedia.id/wiselovehope Email: wiselovehope@gmail.com Akun Opinia: Julianti Dewi (Wiselovehope) Akun Tiktok: juliantiwiselovehope Akun X:@wiselovehope Akun Threads: @wiselovehope

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Cinta Terakhir Sang Bangsawan (Novel Romansa Thriller Apocalypse Episode 71)

12 Maret 2023   06:51 Diperbarui: 12 Maret 2023   07:13 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Russell masih tetap berwujud seperti Russell 'yang dulu'. Sayangnya, rohnya telah pergi dan takkan pernah kembali lagi. Kini entah kekuatan apa yang mengendalikannya, atau lebih tepatnya, merasukinya. Ia masih bergerak-gerak gelisah, terduduk sambil meraung-raung. Antara marah dan putus asa, meski tanpa emosi.

"Well, Russell, kuharap Anda tak keberatan. Tenang saja. Kami takkan menyakiti Anda!"

Kenneth datang mendekat, diinstruksikannya 'si asisten' untuk mencengkeram lengan Russell yang tersisa erat-erat sementara ia sendiri berusaha mengecek suhu dahi Russell dengan thermo gun kemudian lanjut mengambil sampel darah.

"Temperatur objek reanimasi 90 derajat Fahrenheit dan kelihatannya semakin rendah. Well, kita maklum, ia sudah mati. Sekarang tiba saatnya untuk mengambil sampel darahnya." Kenneth menyiapkan suntikan kosong baru dan sebuah ampul.

"Dokter!" si Asisten tampaknya tak tahan lagi. Russell tampak semakin gelisah dan semakin kuat memberontak. Belenggu dan rantai yang menahannya sewaktu-waktu akan lepas! "Bagaimana ini? Tenaga objek reanimasi ini sungguh kuat sekali! Aku, aku, aku hampir tak sanggup menahannya!

"Tahan! Beberapa detik lagi saja!" Kenneth sudah menancapkan jarum suntiknya pada sebelah lengan atas Russell yang tersisa dan sedang menghisap keluar cairan menghitam serupa darah kental. Tindakan itu tentunya tak menyakitkan lagi bagi Russell, namun pasien yang sudah tiada ini tiba-tiba...

"Ahhhh! Ti-ti-tidaaak! Lep-lep-lepaskan... a... ku!" Asisten Kenneth tetiba tercekik! Tangan Russell berhasil mencapai lehernya, nyaris menyentakkan bagian penutup kepala baju hazmat-nya! Pria malang itu megap-megap berusaha melawan dengan kedua tangannya.

Kenneth bergeming, ia tak peduli pada si asisten. Diselesaikannya tugas memenuhi ampul sampel darah dan mengantunginya. Namun ia kelihatan gusar saat si asisten mulai meraih pistol dan mencoba membidik kepala Russell!

"Apa yang kau lakukan? Hentikan!" dokter itu segera menubruk tubuh asistennya, menyebabkan mereka berdua terjatuh ke lantai. Untungnya pistol itu belum sempat meletus. Namun Kenneth ternyata tak melakukan itu untuk menyelamatkan anak buahnya, melainkan...

"Jangan coba-coba menewaskan objek penelitianku! Jika terjadi sesuatu pada zombie Russell, apa bedanya dia dengan dua mayat yang sudah ada kemarin? Jika ia sampai mati untuk kedua kalinya, mungkin kau sendiri yang harus menanggung akibatnya! Kau akan kutularkan Octagon dan jadi pahlawan berikutnya! Camkanlah itu!"

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun