Mohon tunggu...
Wiselovehope aka Poetvocator
Wiselovehope aka Poetvocator Mohon Tunggu... Novelis - Desainer Komvis dan Penulis Lepas. Unik, orisinal, menulis dari hati.

aka Julianti D. ~ Instagram: @wiselovehope Https://linktr.ee/wiselovehope Https://pimedia.id/wiselovehope Email: wiselovehope@gmail.com Akun Opinia: Julianti Dewi (Wiselovehope) Akun Tiktok: juliantiwiselovehope Akun X:@wiselovehope Akun Threads: @wiselovehope

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Cinta Terakhir Sang Bangsawan (Novel Romansa Thriller Apocalypse Episode 71)

12 Maret 2023   06:51 Diperbarui: 12 Maret 2023   07:13 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Orion sebenarnya ingin sekali keluar sendiri dari ruangan isolasinya untuk melihat apa yang terjadi. Lebih dari itu, sesungguhnya ia ingin juga mencari Rani yang kini pergi entah ke mana! Sayangnya, waktunya tak cukup. Walau pintunya tak terkunci, ia sadar akan segera ada petugas yang lewat memeriksa.

Semoga Rani tak tersesat di dalam sini dan segera kembali ke main mansion! Tempat ini tak seaman kelihatannya! harap Orion, Semoga Russell... entahlah, sungguh malang, ia tak mungkin baik-baik saja atau sembuh. Hanya bisa berharap semoga tak terjadi hal yang lebih buruk! Walaupun mungkin sekali kini ada hal yang jauh lebih buruk dari kematian!

Orion tahu pasti Kenneth ingin sekali, atau lebih tepatnya, sangat berambisi untuk meneliti virus Octagon. Tetapi Orion tak suka bila dokter itu mulai bertindak semaunya!

Anyway, there's nothing I can do right now. Kuharap dokter muda sok tampan itu tak bertindak ceroboh, apalagi sampai berani mendekati Rani...

***

Sementara itu dokter Kenneth dan staf alias asistennya masih berada di depan ruangan Russell. Stafnya masih ragu-ragu, ia belum pernah menghadapi situasi seperti ini. Meskipun telah mengenakan busana berprotokol kesehatan ketat, ia juga telah dipersenjatai dengan sepucuk pistol. Tanpa sadar, tangannya yang bersarung masuk ke dalam saku dan menggenggam erat hulu senjata itu. Namun dokter Kenneth segera mewanti-wanti, "Jangan sekali-kali melukai atau menembak kepala korban reanimasi pertama kita. Ia harus tetap hidup demi menjadi objek penelitian kita bersama!"

"Ba-ba-baiklah!"

"Are you ready? It's now or never!" Kedua tenaga medis itu masuk.

Di dalam, mereka segera bersiaga penuh menghadapi sosok pasien yang tadi sudah dilihat Maharani.

"Russell!" dokter Kenneth menyapanya. Wajahnya sama sekali tak menyiratkan ketakutan. Walau sorot matanya terlihat prihatin atas kematian pasien itu, tak bisa dipungkiri bahwa ia juga takjub.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun