Rani terkesiap, permintaan Orion itu sedikit menakutkannya, namun tak kuasa ia tolak. Akhirnya ia berkata pelan, "Sejujurnya aku agak takut, tetapi baiklah, akan kulakukan! Tunggu di sini!"
Orion mengangguk. "Tak apa-apa, ruangan itu terkunci. Ayo, sebelum petugas datang dan lampu kembali menyala!"
Rani berjingkat-jingkat keluar, melihat ke kanan-kiri untuk memastikan koridor itu sepi.
Didekatinya pintu ruangan yang ada di sebelah dengan jantung berdebar-debar. Ada siapa di sana? Tak ada suara.
Suasana di dalam remang-remang dengan pendar lemah lampu darurat. Di atas ranjang, sesosok tubuh tinggi tergeletak tak bergerak, terselubung kain putih panjang dari kepala hingga kaki. "Apa dia sudah tiada? Kelihatannya begitu!" Rani merinding.
Tetiba kain putih itu seperti bergeser, bergerak-gerak perlahan-lahan sekali. Seolah-olah sosok di dalamnya terjaga mencoba menjatuhkan kain penutup tubuh. Rani ternganga, mencoba untuk tidak berteriak.
Astaga... apakah Russell terbangun? Apalah keberadaanku sudah ketahuan olehnya?
(bersambung)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H