"Syukurlah. Semoga besok ia sudah kembali berada di sini! Rasanya aneh jika tak ada Papa Orion!" Grace turut merasa lega.
"Nona-nona! Kalian sadar tidak, jika Papa Orion semakin mencurigakan. Sedari kemarin, ia selalu berbuat hal-hal di luar nalar!"
Celetuk Leon itu tak ayal membuat Rani terkesiap. Tapi ia tak ingin terlihat gugup, maka segera dibalasnya senetral mungkin, "Ibunya sedang kurang sehat dan di luar sana krisis Octagon mulai melanda. Wajar jika ia cemas dan mungkin bertindak aneh."
"Well, mungkin Anda benar. Aku juga masih sayang mamaku, walau beliau galak. Aku malah tidak rindu sedikitpun kepada papa kandungku! Oh ya, Nona Rani. Besok mari kita coba redakan ketegangan sedikit. Maukah Anda menemaniku berkuda? Kita berdua saja, lalu lanjut berpiknik makan siang di ladang terbuka, dekat perkebunan buah. Tenang saja, semua aman terkendali."
Rani sedikit jengah karena sadar pada kehadiran Grace di antara mereka, "Besok, Leon? Kukira tidak jadi, karena muncul krisis ini."
"Tidak jadi? Kompleks kita sudah terisolasi total dari dunia luar. Sebelum keadaan bertambah buruk, cobalah bersenang-senang."
Grace tampaknya agak terkejut, "Kak, kau sungguh keterlaluan! Mengapa tidak mengajakku juga? Sejak kapan kau tak ingin berkuda bersamaku?"
(bersambung)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H