Mohon tunggu...
Wiselovehope
Wiselovehope Mohon Tunggu... Novelis - Desainer Komvis dan Penulis Lepas. Unik, orisinal, menulis dari hati.

aka Julianti D. ~ Instagram: @wiselovehope Https://linktr.ee/wiselovehope Https://pimedia.id/wiselovehope Email: wiselovehope@gmail.com Akun Opinia: Julianti Dewi (Wiselovehope) Akun Tiktok: juliantiwiselovehope Akun X:@wiselovehope Akun Threads: @wiselovehope

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Cinta Terakhir Sang Bangsawan (Novel Romansa Thriller Apocalypse Episode 66)

8 Maret 2023   11:01 Diperbarui: 8 Maret 2023   11:33 311
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi desain pribadi

"Tuan Russell! Are you okay? Apakah Anda baik-baik saja? What's going on?" Orion segera mendekatkan telinga ke dinding kayu yang memisahkannya dengan pasien tetangga yang bahkan belum pernah ditemuinya.

"Tidak... I'm not okay! Aku kelihatannya tambah 'tak baik-baik saja' semenjak masuk ke ruang perawatan ini... malah kurasa kondisiku bertambah parah, to be honest, aku akan segera mati! Jika aku 'pergi', tolong, Tuan Orion Delucas, sampaikan kepada istri dan anak-anakku, aku mencintai mereka! Sampaikanlah maaf, peluk cium, dan penyesalanku karena kecerobohan dan kegagalanku bertahan hidup!"

"Tidak, jangan menyerah, bertahanlah, Tuan Russell, Anda bisa melakukannya! Dokter Kenneth dan stafnya akan melakukan yang terbaik untuk menyelamatkan dan memulihkan kita berdua!"

"Kurasa sudah tak mungkin untukku, Tuan Orion! Rasa sakit ini amat sangat menyiksaku. Infeksi ini sudah menjalar ke setiap sel tubuhku. Kurasa para petugas kesehatan sebentar lagi akan datang kembali, bukan untuk menyelamatkan nyawaku, namun untuk menyaksikanku mati dan mengalami reanimasi! Ah, haha, ha ha ha ha ha! Akhir... yang... tragis..."

Russell tertawa sendiri terkikih-kikih, panjang dan tak terkendali. Bukan tawa gembira, melainkan tawa yang penuh ironi dan penderitaan, seperti yang dilakukan seorang tokoh film antagonis yang pernah Orion tonton. Mengerikan, memilukan sekaligus menyedihkan.

"Kumohon, hentikanlah tawa Anda, Tuan Russell!" Orion begitu ingin menolong, hatinya begitu rapuh dan mudah trenyuh. Andai saja ia bisa bertindak apa saja sekarang juga, alih-alih menunggu orang lain melakukannya. Mungkin dinding kayu tipis ini dapat ia robohkan saat ini dengan segenap tenaga. Tetapi, tidak! Bagaimana jika ia terinfeksi? Ia juga tak punya peralatan dan kemampuan untuk memperbaiki situasi itu.

Orion hanya bisa berdoa dalam hati dan berharap, agar semua hal terburuk yang ia imajinasikan tak menjadi kenyataan.

Maafkan aku, Tuan Russell. Aku sungguh tak berguna dan tak berdaya. Rani, mengapa kita harus bertemu pada waktu-waktu sukar seperti ini? Apakah kita akan berhasil melewati semua kemalangan ini?

***

"Siapa pria aneh di luar itu, Rose?" Kenneth bertanya pelan-pelan saja, tak ingin yang lain tahu.

Sang dokter dan seisi kompleks yang telah kembali dari ketegangan dini hari di depan gerbang Delucas masih berkumpul, berjaga-jaga di pelataran depan main mansion. Kenneth masih penasaran kepada sosok berkendaraan SUV, menunggu jawaban Rose yang masih diam seribu bahasa.

Akhirnya wanita itu menjawab walau dengan suara kecil dan enggan sambil membuang pandang, "Rev. Edward, pendeta yang memberkati pernikahanku dengan Orion. Sudah puas? Jangan bertanya apa-apa lagi, oke?"

"Oh, I see. Jadi, apa yang sesungguhnya beliau inginkan, dan mengapa kau jadi sangat gundah gulana karenanya?" Kenneth tetap bertanya, diabaikannya kalimat terakhir Rose.

"Beliau ingin masuk bersama keluarga dan kerabatnya, ikut bernaung di kompleks kita ini. Bukankah semestinya kita mencegah orang luar yang kurang jelas riwayat kesehatannya untuk bergabung? Virus Octagon-33 belum dapat dideteksi dengan swab, PCR maupun metode lain seperti Hexa-19."

"Betul. Tetapi apakah kau tak bisa membicarakannya baik-baik? Memberikannya suplai logistik, uang atau apa saja yang beliau inginkan agar beliau segera pergi?"

"Sudah pernah kulakukan dan telah kutawarkan. Namun Edward ingin lebih dari itu. Beliau mengancam akan..." Rose kembali diam. Rahasianya tak ingin dan takkan pernah ia bocorkan kepada Kenneth!

"Uh, baiklah. Begini saja. Kita punya waktu kurang dari 24 jam untuk berpikir. Mungkin sebagai alternatif solusinya, kita bisa siapkan area khusus untuk orang-orang yang Rev. Edward ingin bawa kemari. Akan tetapi, kita tak mungkin akan menampung mereka selamanya. Penduduk Chestertown lainnya akan iri hati."

Rose menambahkan, "Juga, hal itu tak sepenuhnya menjamin bahwa Rev. Edward takkan berani melanggar perjanjiannya..." kembali terdiam, wanita itu tak merinci hal yang ia maksud. Lalu mengalihkan pembicaraan, "Kita cari saja solusi seandainya Rev. Edward kembali besok!"

"Uh, baiklah. Biarkan kupikirkan bagaimana dahulu! Bersabarlah." Kenneth masih penasaran, tetapi ia merasa saat ini percuma saja coba-coba membongkar hal pribadi antara Rose dan Rev. Edward.

Sementara keduanya masih lanjut berbincang-bincang mencari jalan keluar, Rani dan Grace yang masih berada di lobi hanya dapat mengintip lewat jendela sambil berbincang-bincang. Leon juga berada di dekat mereka, tampak masih kesal karena tak diizinkan ikut keluar untuk melihat apa yang terjadi.

"Syukurlah Papa Orion tak apa-apa. Kurasa ia tak bisa banyak bicara. Teleponnya tak aktif lagi. Kurasa ia kembali beristirahat." Rani memberitahukan pembicaraan telepon yang baru ia lakukan, berusaha keras agar para remaja menganggapnya wajar karena hanya menanyakan kabar.

"Syukurlah. Semoga besok ia sudah kembali berada di sini! Rasanya aneh jika tak ada Papa Orion!" Grace turut merasa lega.

"Nona-nona! Kalian sadar tidak, jika Papa Orion semakin mencurigakan. Sedari kemarin, ia selalu berbuat hal-hal di luar nalar!"

Celetuk Leon itu tak ayal membuat Rani terkesiap. Tapi ia tak ingin terlihat gugup, maka segera dibalasnya senetral mungkin, "Ibunya sedang kurang sehat dan di luar sana krisis Octagon mulai melanda. Wajar jika ia cemas dan mungkin bertindak aneh."

"Well, mungkin Anda benar. Aku juga masih sayang mamaku, walau beliau galak. Aku malah tidak rindu sedikitpun kepada papa kandungku! Oh ya, Nona Rani. Besok mari kita coba redakan ketegangan sedikit. Maukah Anda menemaniku berkuda? Kita berdua saja, lalu lanjut berpiknik makan siang di ladang terbuka, dekat perkebunan buah. Tenang saja, semua aman terkendali."

Rani sedikit jengah karena sadar pada kehadiran Grace di antara mereka, "Besok, Leon? Kukira tidak jadi, karena muncul krisis ini."

"Tidak jadi? Kompleks kita sudah terisolasi total dari dunia luar. Sebelum keadaan bertambah buruk, cobalah bersenang-senang."

Grace tampaknya agak terkejut, "Kak, kau sungguh keterlaluan! Mengapa tidak mengajakku juga? Sejak kapan kau tak ingin berkuda bersamaku?"

(bersambung)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun