Mohon tunggu...
Wiselovehope aka Poetvocator
Wiselovehope aka Poetvocator Mohon Tunggu... Novelis - Desainer Komvis dan Penulis Lepas. Unik, orisinal, menulis dari hati.

aka Julianti D. ~ Instagram: @wiselovehope Https://linktr.ee/wiselovehope Https://pimedia.id/wiselovehope Email: wiselovehope@gmail.com Akun Opinia: Julianti Dewi (Wiselovehope) Akun Tiktok: juliantiwiselovehope Akun X:@wiselovehope Akun Threads: @wiselovehope

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Cinta Terakhir Sang Bangsawan (Novel Romansa Thriller Apocalypse Episode 62)

6 Maret 2023   15:28 Diperbarui: 6 Maret 2023   15:46 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Huh, mau apa lagi orang itu? Mengapa tiba-tiba ia muncul kembali out of nowhere, padahal semua yang ia pinta sudah kupenuhi! Dasar benalu, berani-beraninya menghubungiku! Apa yang harus kulakukan?"

Monolog yang tak biasa diucapkan oleh seorang Lady Rosemary Delucas itu ternyata didengar oleh seseorang di luar pintu kamar tidur utamanya yang ternyata belum tertutup rapat.

"Excuse me. Maaf, jika aku datang dan tak sengaja mendengar monologmu. Anggap saja aku tak ada di sini!"

"Kenneth? Ups. Please pardon me. Aku tak apa-apa, kok. Lupakan saja semua kata-kataku tadi!" Rose salah tingkah dan buru-buru menuju pintu, membukanya lebih lebar, "By the way, ada apa malam-malam begini mencariku, kukira kau sudah tidur!"

Kenneth si dokter tersenyum di ambang pintu, tak berminat menanyakan lebih lanjut tentang apa yang Rose katakan. Malah segera membicarakan hal lain, "Aku kemari bukan ingin ikut campur masalahmu. Hanya ingin mengabari saja jika malam ini akan kuadakan beberapa tes pada dua jenazah korban Octagon yang telah mengalami reanimasi itu. Karena tes ini diadakan di kompleks milikmu, tentu saja aku memerlukan izin darimu. Jadi, kumohon, tandatanganilah surat yang kubawa ini."

Kenneth mengulurkan sepucuk surat dan pen, yang Rose terima dan baca dengan segan. Sekitar beberapa waktu lalu, surat perjanjian yang hampir sama pernah ia tandatangani bersama orang lain. Orang yang baru saja meneleponnya, pria misterius bernama Edward Bennet!

"Ada apa? Apakah ada poin-poin yang Rose kurang setujui?" Kenneth menunggu, sedikit tak sabaran.

"Bu, bu, bukan itu. Baiklah, akan kutandatangani, asal kau berjanji agar tidak sampai terjadi hal-hal yang aneh di kompleks ini, jadi semua yang akan kau lakukan di luar tanggungjawabku. Jika sampai terjadi apa-apa, kau harus segera menyelesaikannya!"

"Baiklah. Aku berjanji!" Walau kata-kata itu diucapkan oleh Kenneth dengan nada yang kurang meyakinkan.

***

Rani dan Orion masih terlibat dalam chat mesra mereka yang semakin intens, hingga larut malam mereka masih asyik bertukar kerinduan plus kata-kata manis.

'Segeralah tidur. Jika kau mau keluar dari sana dan bertemu denganku lagi, kau harus sehat besok.' Ketik Rani, walau ia enggan mengakhiri percakapan mereka.

'Aku tak mengantuk. Baterai teleponku masih bisa bertahan hingga besok!' Orion di seberang sana masih berkeras.

'Tetapi kau butuh istirahat itu. Jangan sampai besok kau bertambah sakit dan harus diisolasi lebih lama!' Rani sepertinya kesal, 'Aku tak suka kau berada di dekat-dekat kamar pasien yang kabarnya diserang para zombie itu!'

'Aku berada di sebelah ruang perawatannya. Ups, I'm so sorry to tell you that!' Orion terlanjur mengetikkan.

'Aduh, aku takut!' Rani di seberang sana sepertinya bertambah cemas, 'Bagaimana jika ia lepas dan kemudian menularimu?'

Orion terdiam sejenak. Sesekali ia masih mendengar erangan Russell di kamar sebelah. Mungkin luka-luka amputasinya masih sakit sekali atau keadaan dirinya tambah memprihatikan. Namun hal itu tak diketikkannya kepada Rani, ia membalas, 'Tak mungkin bisa, bahkan melihat wajahnya pun aku belum pernah. Kami terhalang dinding kayu berlapis wallpaper putih. Kurasa aku takkan diizinkan! Jangan khawatir, Rose takkan membiarkan diriku celaka!'

Rani sedikit lega, 'Betul juga. Bagaimanapun kau adalah suaminya! Fakta yang menyebalkan, tetapi ia masih peduli kepadamu!'

'Baiklah, jika begitu, aku beristirahat dahulu. Besok jika aman, kita lanjutkan lagi. Selamat malam, Sayang! Jangan lupa untuk menghapus semua chat kita agar Rose tak pernah mengetahuinya! Berjanjilah kepadaku!'

'Good night, My Orion!' Rani merasa berat.

Mereka mengakhiri chat sambil mengamati layar ponsel masing-masing. Rasanya begitu sayang jika harus menghapus semua percakapan mesra itu. Apalagi Rani, yang sangat suka membaca ulang semuanya.

Namun bagaimanapun beratnya, perpisahan harus dilakukan. Rani dan Orion sama-sama menekan tombol hapus, membiarkan semua percakapan manis tetap menjadi rahasia mereka bersama sang waktu.

***

Sementara itu, tak jauh dari kamar di mana Orion berada, terjadi kesibukan.

Kenneth sudah kembali dari main mansion. Mengenakan baju hazmat lengkap, ia siap bertugas. Malam itu ia bertekad untuk memulai misi kesehatannya setelah mengantungi surat izin dari Lady Rosemary Delucas.

"Bagaimana dengan dua spesimen yang kita awetkan kemarin?" tanyanya kepada beberapa anggota timnya yang berbaju hazmat.

"Mereka dalam keadaan baik. Wajah dan tubuh mereka masih 95 persen tampak seperti manusia normal. Kami sudah mengambil sampel darah dan semua anggota tubuh yang bisa dikirimkan ke EHO pusat Everopa!"

"Bagus! Bagaimana dengan subjek pasien bernama Tuan Russell?"

"Sepertinya kondisi pasien Tuan Russell semakin mengkhawatirkan. Kami tak yakin jika keadaannya akan bertambah baik. Pada wajahnya muncul memar-memar membiru. Walaupun ia tampaknya lebih tenang setelah pasien Tuan Orion Delucas tiba di sebelah, mungkin mereka berkomunikasi, namun kami rasa pasien Tuan Russell tak mengalami kemajuan berarti. Tubuhnya sudah terinfeksi karena gigitan para korban reanimasi Octagon-33." Demikian informasi dari seorang staf.

Staf lainnya melanjutkan, "Tuan Russell kemungkinan besar akan berubah menjadi korban Octagon Chestertown ketiga. Bersiap-siaplah untuk memiliki spesimen 'hidup' yang kita bisa pelajari!"

Kenneth hanya bisa merenung, lalu melanjutkan dengan penuh keyakinan dan juga kegirangan yang terlalu terpancar, "Berarti tingkat pengamanan Lab Barn harus segera ditingkatkan! Tak seorangpun diizinkan keluar atau masuk tanpa izin! Mari kita semua berjaga-jaga! Nyawa pasien Tuan Russell mungkin takkan dapat kita selamatkan, namun ia harus tetap 'hidup'!"

(bersambung)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun