Mohon tunggu...
Wiselovehope aka Poetvocator
Wiselovehope aka Poetvocator Mohon Tunggu... Novelis - Desainer Komvis dan Penulis Lepas. Unik, orisinal, menulis dari hati.

aka Julianti D. ~ Instagram: @wiselovehope Https://linktr.ee/wiselovehope Https://pimedia.id/wiselovehope Email: wiselovehope@gmail.com Akun Opinia: Julianti Dewi (Wiselovehope) Akun Tiktok: juliantiwiselovehope Akun X:@wiselovehope Akun Threads: @wiselovehope

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Cinta Terakhir Sang Bangsawan (Novel Romansa Thriller Apocalypse Episode 61)

6 Maret 2023   08:41 Diperbarui: 6 Maret 2023   08:56 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pembicaraan Lady Rosemary dengan penelepon misterius itu tak ayal membuat semua orang di meja makan ikut penasaran. Kedua remaja Delucas saling berpandangan dengan anehnya. Mereka tahu jika ibu mereka memiliki banyak bisnis serta urusan yang tak boleh mereka campuri, namun kali ini terasa jauh lebih menegangkan. Bahkan Kenneth yang biasanya Rose jadikan pembisik saja tak berani bertanya apa-apa. Ia diam saja saat Rose kembali ke ruang makan dan duduk dengan wajah datar. Wanita anggun itu berusaha keras menenangkan diri, menyesap segelas jus jeruk sambil membuang pandang dari semua orang.

"Mama, what's going on?" Leon akhirnya memberanikan diri bertanya.

"Apakah ada kabar buruk?" Grace ikut menambahkan, berharap tak ada apa-apa yang lebih buruk daripada segala berita nyata tentang zombie Octagon.

"Oh, hanya masalah biasa, rekan bisnis kita yang ingin mengubah perjanjian yang telah Mama sepakati. Gara-gara pandemi baru ini, seenaknya ia mengambil keputusan sendiri! Tenang saja, semua akan baik-baik saja! I'll take care of this small matter in no time! No need to interrupt, Young Ones. Jadi mari makan lagi dan nikmatilah malam-malam tenang terakhir di Kompleks Delucas!"

Maharani yang sedari tadi berdiam diri tak terlalu memikirkan kejadian itu. Dalam hati dan pikirannya hingga kini hanya ada Orion. Suamiku, sudah hampir 24 jam kita berpisah, tanpa pelukan, tanpa ciuman. Karena kau tak ingin aku menyentuhmu setelah kau menyentuh orang di jalan. Astaga, selepas acara makan malam ini, apakah aku harus mencarimu? Rani diam-diam melirik Lady Rose yang masih mencoba menghabiskan sisa pencuci mulutnya dalam gundah. Kelihatannya wanita itu tak terlalu peduli pada nasib suami mereka yang kabarnya kini diisolasi dokter Kenneth di Lab Barn.

Aku sebenarnya tak berani datang dan berada di sekitar Lab Barn. Tempat itu pasti sedang ketat terjaga CCTV dan juga... Rani bergidik memikirkan dua orang asing alias zombie yang ditembak Kenneth, Orion, semoga kau tak diletakkan dekat-dekat kedua korban Octagon dan juga pria asing yang mereka serang itu! Ya Tuhan, jagalah suamiku baik-baik!

***

Orion sendiri setelah menghabiskan jatah makan malamnya mulai merasa  jauh lebih baik. Ia berusaha keras untuk pulih. Semua obat yang disediakan tim dokter Kenneth ia minum. Walau ia tak suka kepada si dokter, ia yakin sebenarnya pria itu tak seburuk yang ia duga.

Meskipun kau mencoba mengambil hati semua orang di sini, aku akan tetap mengawasimu dari kejauhan, Kenneth Vanderfield! Demikian Orion bertekad, Apalagi Rani, pengantinku yang sejati. Sekeluarnya aku dari sini, akan kubawa Rani keluar dari kompleks, menemui mama! Kami sebaiknya bersama-sama, walau di luar sana sangat berbahaya! Entah membawa mama ke sini atau malah pergi untuk selamanya, angkat kaki dari sini, yang manakah keputusan yang terbaik?

Orion masih duduk menyandar di divan ranjang rumah sakit dan berpikir keras. Ponsel di tangannya masih menyala setengah penuh, namun ia lupa membawa charger, jadi ia tak ingin menghabiskan energi baterai. Masih dua puluh jam lagi sebelum ia bisa meninggalkan ruang isolasi. Sesekali ia menyalakan untuk melihat apakah ada pesan chat masuk dari Rani. Sejauh ini belum ada. Kalimat terakhir Orion 'I love you!' juga masih bercentang tunggal, abu-abu.

Tetiba penantian Orion berakhir. Centang abu-abu itu berubah menjadi dua biru. Segera muncul pada layar balasan Rani, I love you too! Take care!

Rani! Apa kau online? Tak ada siapa-siapa di sana, bukan? Orion buru-buru membalas dengan semangat baru yang begitu aneh namun berhasil menggelorakan semua sel dalam tubuhnya.

'Ya, aku ada di sini, setelah makan malam aku kembali ke paviliun. Tak berani berlama-lama di luar!'

'Ingat, jangan lupa untuk segera hapus chat kita setelah ini.'

'Aku tahu. Aku juga tak ingin Rose menangkap basah atau mencuri baca chat kita berdua seperti di film-film sinetron Evernesia! Ia bisa membanting ponsel dan mengusir kita berdua dari sini, mungkin juga bisa segera membunuh kita, ups, kedengarannya mustahil! Ia mencintaimu! Aku cemburu, aku yang akan 'membunuhnya' duluan!'

Orion tertawa kecil sendiri saat membaca chat Rani itu. Tetiba ia sadar, tetangga ruang isolasinya bisa mendengar. Maka dihentikannya tawanya dan membalas secepatnya, 'Aku lebih ingin bercinta saja denganmu selepas dari tempat ini, dengan cara apapun dan di mana saja, asal tidak ketahuan!'

Rani di ujung sana lama tak menjawab, sebenarnya masih terpana membaca chat terakhir Orion yang sedikit nakal itu. Lalu ia membalas, 'Kau ini membuat imajinasiku berkeliaran saja. Aku sungguh merindukanmu. Ini kedengarannya gila, aku tak pernah melakukan chat mesra dengan siapapun!'

'Aku suamimu, boleh saja kau menuliskan apa saja, aku yang baca sendirian di sini. Lalu aku hapus, walaupun sayang! Bagaimana, maukah kau membantu meningkatkan imunitasku? Do you want to have a flirty chat with me?' Ketik Orion sambil terus tersenyum sendiri bagai remaja sedang merayu gebetan.

'Uh, Orion, kau ini walau tak bisa kupandang, tetap saja menggoda!' Rani tersipu-sipu.

'Aku sedang membayangkan kau ada di sini bersamaku, hanya kita berdua saja di dalam kegelapan.'

"Uh, Orion, jangan membuatku begini, kau sangat meresahkan!' 

'Tak ada seorangpun di kamar isolasiku ini, hanya ada kita berdua. Dan kita bisa bersama sepuasnya.'

***

Sementara kedua pengantin baru itu asyik melakukan percakapan intim mereka, keluarga Delucas yang juga sudah berada di kamar mereka masing-masing masih merenungkan semua yang terjadi.

Sambil berbaring-baring di ranjang walau belum mengantuk, si sulung Leon masih penasaran, belum mendapatkan jawaban dari Rani sang guru. Si bungsu Grace masih resah memikirkan semua yang mereka alami hari ini. Kenneth juga baru saja kembali dari Lab Barn, ia malas memantau Orion yang diam-diam ia tak seberapa suka. Ia tahu, pemuda itu melindungi Rani. Meskipun belum punya suatu perasaan tertentu, Kenneth ingin mencoba pendekatan juga dengan si gadis Evernesia yang eksotis.

Yang paling resah malam itu siapa lagi jika bukan Lady Rosemary Delucas. Sudah beberapa malam ia tak mencoba bersama lagi dengan Orion. Walau mencemaskan suaminya itu, kini ia jauh lebih kesal pada masalah barunya sendiri. Bahkan merebaknya pandemi dan kemunculan zombie-zombie tak membuatnya segelisah ini!

Berulangkali mengepalkan tangan serta berpikir keras hingga kepalanya pusing, Rose belum juga berhasil menemukan solusi. Ia hanya bisa bermonolog sambil berjalan mondar-mandir di kamar utama, Awas kau, Edward Bennet! Jika kau berani menerobos masuk ke dalam kompleksku ini, akan kutangkap dan kujebloskan dirimu ke kamar mayat di Lab Barn agar kau terinfeksi Octagon dari dua jenazah yang ada di sana!

(bersambung)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun