Tetiba penantian Orion berakhir. Centang abu-abu itu berubah menjadi dua biru. Segera muncul pada layar balasan Rani, I love you too! Take care!
Rani! Apa kau online? Tak ada siapa-siapa di sana, bukan? Orion buru-buru membalas dengan semangat baru yang begitu aneh namun berhasil menggelorakan semua sel dalam tubuhnya.
'Ya, aku ada di sini, setelah makan malam aku kembali ke paviliun. Tak berani berlama-lama di luar!'
'Ingat, jangan lupa untuk segera hapus chat kita setelah ini.'
'Aku tahu. Aku juga tak ingin Rose menangkap basah atau mencuri baca chat kita berdua seperti di film-film sinetron Evernesia! Ia bisa membanting ponsel dan mengusir kita berdua dari sini, mungkin juga bisa segera membunuh kita, ups, kedengarannya mustahil! Ia mencintaimu! Aku cemburu, aku yang akan 'membunuhnya' duluan!'
Orion tertawa kecil sendiri saat membaca chat Rani itu. Tetiba ia sadar, tetangga ruang isolasinya bisa mendengar. Maka dihentikannya tawanya dan membalas secepatnya, 'Aku lebih ingin bercinta saja denganmu selepas dari tempat ini, dengan cara apapun dan di mana saja, asal tidak ketahuan!'
Rani di ujung sana lama tak menjawab, sebenarnya masih terpana membaca chat terakhir Orion yang sedikit nakal itu. Lalu ia membalas, 'Kau ini membuat imajinasiku berkeliaran saja. Aku sungguh merindukanmu. Ini kedengarannya gila, aku tak pernah melakukan chat mesra dengan siapapun!'
'Aku suamimu, boleh saja kau menuliskan apa saja, aku yang baca sendirian di sini. Lalu aku hapus, walaupun sayang! Bagaimana, maukah kau membantu meningkatkan imunitasku? Do you want to have a flirty chat with me?'Â Ketik Orion sambil terus tersenyum sendiri bagai remaja sedang merayu gebetan.
'Uh, Orion, kau ini walau tak bisa kupandang, tetap saja menggoda!' Rani tersipu-sipu.
'Aku sedang membayangkan kau ada di sini bersamaku, hanya kita berdua saja di dalam kegelapan.'
"Uh, Orion, jangan membuatku begini, kau sangat meresahkan!'Â