Orion dalam kamarnya berusaha keras untuk tetap tenang, memulihkan diri, tetap berpikir positif. Ia yakin daya tahan tubuhnya selama ini cukup terjaga. Kontak satu-dua detik dengan orang asing kemarin juga hanya pada bahu pakaian pria itu. Ia belum sempat menyentuh kulit, apalagi terkena hembusan napas dan semua cairan tubuh para suspek.
Dua tembakan tadi pagi mungkin akhir dari kedua orang asing semalam... Berarti, siapapun di luar sana bisa saja telah terinfeksi Octagon? Dan ibuku, bagaimana dengannya... astaga, Mama!
Orion begitu merasa ingin kabur dari kamar ini. Ia khawatir pada keadaan Magdalene yang tinggal seorang diri di kediaman Brighton tanpa pelayan, tanpa penjagaan, tanpa cukup persediaan makanan!
Orion memaksakan langkah-langkah beratnya untuk berjalan menuju pintu kamar yang terasa sangat jauh. Ditekannya gagang pintu dan didorongnya sekuat tenaga, namun sia-sia. Pintu itu ternyata dikunci dari luar oleh rombongan Rose tadi!
Melarikan diri dan meloncat keluar dari jendela, walau ini cukup tinggi berbahaya... Dapatkah aku melakukannya? Lalu pergi ke garasi rahasia dan mengendarai sepeda motorku, menyelamatkan mamaku...
Tetapi saat ia hendak nekat membuka jendela kamar itu, terpikir olehnya jika ia bisa saja celaka dalam perjalanan berbahaya itu. Kondisi kesehatannya yang lemah serta kemungkinan akan bertemu lebih banyak lagi suspek Octagon di jalan tetiba membuatnya galau.
Belum lagi, meninggalkan Rani yang tak tahu apa-apa seorang diri!
Tidak, tidak, tidak! Rani telah memiliki sebagian dariku. Ia kini adalah bagian diriku. Takkan tega kutinggalkan begitu saja. Mama juga pasti akan bertahan. Ia jauh dari siapa-siapa, kurasa kediaman lamaku masih cukup aman! Aku harus tetap berada di sini, menunggu hingga pulih dulu. Setelah sembuh dari demam dan semua perasaan sesak ini, baru akan kupikirkan langkah berikutnya.
***
Malam harinya, di Lab Barn markas dokter Kenneth Vanderfield.
Sepasang mata biru terbelalak lebar, pandangannya belum lagi fokus. "Tolong! Ini di mana? Cepat, keluarkan aku dari sini!"
Pria asing tanpa nama itu akhirnya sadar dari koma selama hampir 24 jam, menemukan dirinya ada di sebuah ruangan asing; terbaring di sebuah ranjang pasien darurat, nyaris tanpa busana, merasa sakit luar biasa. Mencoba untuk duduk tegak dan bangkit berdiri namun sia-sia belaka.