Sepeninggal semua orang, Orion merasa semua perasaan anehnya tadi muncul kembali. Rasa lapar, haus, serta kelelahan yang amat sangat.
Segera dihabiskannya semua sarapan yang dibawakan oleh Henry. Ia merasa tak pernah makan dan minum sebanyak ini sebelumnya. Namun tidak, bahkan setelah perutnya terasa kenyang, perasaan aneh itu belum juga pupus. Bahkan sesak napas dan lelahnya semakin menjadi-jadi saja.
Astaga, apakah ini gejala tertular virus Octagon? Apakah orang yang kemarin kusentuh di pinggir jalan adalah suspek atau carrier virus itu?
***
Rani, di sisi lain kompleks Delucas, masih terpaku di depan ponselnya. Ia sibuk membalas pesan dari Evernesia. Belum sempat dilihatnya lagi chat dari Orion. Selain karena enggan, kini di hadapannya masih ada kedua remaja Leon dan Grace, yang belum beranjak dari sisinya semenjak ibu mereka pergi bersama Kenneth dan Henry ke kamar Orion.
"Ada perkembangan apa di Evernesia, apakah keluarga Nona Rani baik-baik saja?"
"Baik, hanya mereka sangat mencemaskanku."
"Aku juga mencemaskan Papa Orion!" Â Leon tetiba berseru hingga Grace ikut terkejut dan menoleh, "Nona Rani, mari ikut denganku! Ada rahasia besar yang ingin kuungkapkan kepadamu!"
Grace mengernyitkan kening, "Huh, mengapa hanya Nona Rani?"
"Karena aku tak percaya kepadamu!" Leon meleletkan lidah kepada adiknya.
Rani sedikit terkejut, namun tak dapat menolak saat Leon menarik lengannya menjauh dari Grace. Keluar dari ruangan, remaja itu berbisik pelan di telinga Rani, "Nona Rani, aku ingin beritahukan sesuatu kepada Anda karena hanya Anda yang kupercayai. Tapi ada satu syaratnya..."