"AI, Cuy! Cara manual ala pujangga zaman jebot 'mah udah berkarat, gak guna lagi!" Brandon mengeluarkan ponsel cap apel digigit kebanggaannya. "Nih, gini lho caranya... "
"Wah, canggih betul." Minions berdecak kagum.
"Iya, tinggal copas dan trenslet dah. Beres. Gak usah pusing. Gue yakin si Jen sama aja kayak cewek-cewek Jepun gitu. Mereka pinter-pinter aja lebih milih surcin si AI!"
"Wah, gak sia-sia lo belajar di mari, Don." Minions lagi-lagi mengumbar puja puji.
"Iya, tunggu aja, pasti gue yang dipilih."
***
Aku suka kamu. Mau jadi temanku?
Hanya itu saja kalimat yang ada di surat ketikan yang lebih sederhana. Yang satu lagi penuh diksi berbunga-bunga ala penggemar sastra.
Sepintas seperti karya Vincent di mading. Tapi masa' Vin seluar biasa itu?
Jen bimbang sendirian. Sebagai cewek tentu saja ia suka dipuji manis. Namun jika memang itu tulisan Vincent, kok sepertinya dia...
Ah, galau. Aku bingung. Nanti sajalah di persami, masih lama ini. Aku takut salah pilih!
(bersambung)