(Bagian kedua)
Duh, kok jadi deg-degan begini ya? Apa aku ke-ge-er-an, baru kali ini bisa berdekatan dengan cewek favorit, Dewi Wacana Ganesha yang selama ini hanya bisa dipandang dari ujung mata? Mungkin hanya karena aku jarang bicara. Ya, hanya sekali-sekali aja bisa bicara dengan cewek. Duh, malunya.
Sepanjang pelajaran bahasa, Vincent baru kali ini merasa ada hal yang aneh dalam dirinya. Apalagi baru kali ini ia merasa ada hal yang istimewa dalam diri Jenny. Mereka sudah saling kenal bertahun-tahun dari awal skul hingga sekarang jelang lulus. Gak pernah sekelompok apalagi barengan, kok tiba-tiba bisa ngobrol walau hanya beberapa kalimat?
"Vin, bagus buku-bukunya tadi, aku suka, nanti aku mau pinjam juga ah. Udah lama gak pinjam buku benaran di perpus. Istirahat kedua, temenin aku ya! Biar kamu yang pilihin!" tiba-tiba Jenny muncul di dekat bangku Vincent selepas pelajaran bahasa.
"Serius? Ah, pilihanku sederhana aja. Asal kalimat blurb di belakang buku singkat, padat, jelas dan menarik, tidak bertele-tele, aku akan membacanya."
"Oh ya? Nanti temenin aku ya, sebentar aja kok. Di sana kamu tunjukkan aku contohnya. Selama ini aku baca yang berlabel best seller aja, ternyata tidak semuanya beneran bagus."
"Nah, kamu harus coba baca juga yang dikarang oleh pengarang lainnya, bukan hanya yang femes aja."
"Makanya, temenin aku. Mau, ya, Vin?"
"I-i-i-ya. Boleh, sekali-sekali kurasa tak ada salahnya."
"Asyik. Terima kasih."