***
"Hei, Bocah Nerd! Kok lo berani-beraninya ngedeketin Jenny!"
Oh, tidak, mau apa anak-anak ini? Vincent yang sehari-hari berkendara sepeda siang ini seperti biasa bersiap pulang. Kereta anginnya sudah akan ia tunggangi ketika tiga empat cowok mendatanginya di parkiran sunyi.
"Mau apa kalian? Hei, lepaskan sepedaku!"
Vincent segera menyadari jika semua cowok itu anggota geng Brandon. Mereka menguasai area. Bahkan petugas keamanan saja mereka telah beri uang rokok agar pergi istirahat barang setengah jam hingga bisnis selesai.
"Brandon mau lo jauhin Jenny, karena Brandon sedang pedekate sama Jenny. Lo gak usah pura-pura polos dan berteman dengan Jen, ya. Awas aja!"
"Hei, antara aku dan Jen... tidak pernah ada apa-apa kok!"
Suara sang ketua menggelegar. "Halah! Tadi aja pake pura-pura jatohin buku biar Jenny ambilin. Gaya lo kayak tuan putri pura-pura jatohin sapu tangan agar diambil pangeran!" Brandon tertawa terbahak-bahak.
"Betulan tidak sengaja, kok. Aku tak berniat..." Vincent berusaha menggerakkan sepeda, namun keempat cowok itu mengepungnya.
"Begini aja, Clark Kent, Peter Parker. Lo harus penuhi tantangan gue ini. Kalo lo gak berani berarti lo memang tuan putri!" Brandon sebenarnya udah pengen banget mencengkeram kerah kemeja seragam Vincent dan memberinya jotosan alias bogem mentah. Tapi ia segan membuat keributan ala anak pejabat yang sedang viral itu. Apa nanti kata followers bejibun itu, selebgram idola mereka kok tega main tangan?
"Aku... bukan... tuan putri!" entah dari mana, keberanian Vincent muncul. Ia tak tahu mengapa, yang jelas ia masih punya harga diri sebagai laki-laki.