Dari kejauhan, sepasang mata elang mengintai dengan napas panas menderu bagai naga siap menghembuskan api. "Gaaaaah, dasar bocah jelek berkacamata! Kok hoki bener disamperin si Jen lagi. Awas nanti, lo liat aja apa yang sanggup gue perbuat dalam hidup lo!"
***
Waktu berjalan super lambat. Istirahat kedua pun tiba. Jenny kira tadinya Vincent tidak akan muncul di perpustakaan. Cowok itu kelihatannya pemalu bener, apa dia beneran mau bantu aku? Jenny sudah hampir beranjak dari duduknya saat Vincent datang juga.
"Oh, hai! Kamu mau baca buku apa?" Vincent mencoba ramah walau masih malu-malu, beberapa kali membetulkan letak kacamatanya yang melorot.
"Apa saja! Non fiksi satu, fiksi satu." Jennie menyunggingkan senyum manis.
"Ini bagus, ini juga. Pilih saja. Kamu mungkin suka." Vincent buru-buru memalingkan keempat matanya sambil mengambilkan beberapa buku favoritnya dari rak.
"Oh, aku sedari dulu ingin baca, belum kesampaian. Baiklah, Vin. Terima kasih banyak, ya. Oh ya, jika kamu tidak keberatan, bolehkah jika aku save nomor WA-mu dari grup WA kelas? Siapa tahu aku bakal butuh bantuanmu, itu jika kamu tak keberatan."
"Oh, silakan saja. Aku tidak banyak chat atau eksis di medsos, tapi jika kamu ingin menghubungi WA-ku, silakan saja."
"Kamu ternyata baik juga ya Vin. Tidak seperti cowok-cowok lain yang gaul tapi membosankan itu."
"Duh, aku baik? Biasa-biasa aja ah. Aku senang juga bisa membantumu, Jen."
"Maafkan kecerewetanku ini ya. Biasa, aku memang banyak maunya. Sampai nanti, Vin."