"Bukalah satu-dua kancing blus bagian atasmu agar aku bisa mendengar detak jantungmu!"
Rani sedikit kurang nyaman saat melakukan itu di hadapan dokter yang masih terus tersenyum ramah namun menatapnya nyaris tanpa berkedip.
"Bagus, sebentar ya, dan jangan berbicara, tarik napas dalam-dalam, lalu hembuskan..." Kenneth sepertinya sengaja meletakkan ujung lingkaran stetoskop itu lama-lama di atas dada kiri Rani. Telapak tangannya begitu dekat, gadis itu merasa kurang enak.
"Mengapa berdebar-debar begitu?" Kenneth tertawa, nada suaranya semakin mesra saja, "Kurasa kau kelelahan mengajar dan perlu sedikit merasa lebih santai. Bagaimana jika kuberi terapi pijatan? Aku bukan cuma seorang dokter medis biasa. Aku juga seorang masseur! Jangan khawatir, semua layanan sudah termasuk dalam gaji bulananku selama tinggal bersama kalian di sini. Gratis selama yang Nona Rani inginkan! Bagaimana?"
Rani ingin menepiskan tangan dokter itu agar tak berlama-lama berada di dekat area sensitifnya. Namun belum sempat ia mengatakan itu sendiri, seseorang mendorong pintu kamar tidur tamu.
"Dokter Kenneth, Anda ada di sini? Istriku baru saja meminta Anda pergi ke klinik untuk mulai memeriksa seluruh penjaga kompleks agar mereka semua dipastikan sehat saat tugas patroli 24 jam dilaksanakan besok pagi."
Suara itu, Orion! Rani terburu-buru menggeser duduknya, Duh, syukurlah!
Dokter Kenneth berdeham, merasa terganggu dengan kehadiran suami Lady Rosemary yang juga kurang ia sukai ini. "Oh, Â baiklah jika begitu. Nona Rani, just take a rest in your room! Anda tak apa-apa, tak perlu minum obat-obatan, jagalah kesehatan baik-baik dan minumlah cukup air. Aku pergi dulu!"
"Terima kasih, Dok. I will." Rani merasa lega.
"You're welcome."
Rani duduk merapikan blusnya.