"Huh, jelas tak menyenangkan dan membuatku merasa bersalah, bayangkan, harus membunuh makhluk 'hidup'! Makanya aku tak pernah mau ikut event berburu hewan liar atau permainan tembak-menembak apapun!" Grace tentu saja menemukan celah untuk menohok kakaknya lagi.
"Zombie 'kan selalu dianggap sudah mati? Kurasa 'sih tak apa-apa jika kita melumpuhkan apapun yang sudah tak lagi betul-betul bernyawa!" Leon yang sedang asyik membidik dan menembak papan sasaran berbentuk lingkaran-lingkaran bernomor santai saja menanggapi, "Self defense is so damned natural!"
"Yes, Young Man!" Kenneth si dokter yang sedang mengawasi dan sesekali memberikan saran kepada keluarga Delucas dan beberapa pegawai senior ikut menimpali, "Asal kita tak melakukan tindakan main hakim sendiri, misalnya dengan menembak membabi buta. By the way, Leon, very nice shoots! Sebagian besar bidikanmu mengenai sasaran. You may someday become an athlete, a pro shooter!"
"Aww, thank you very much, Doc, uh, Kenneth, no, aku tak berbakat jadi atlet penembak, ini semua kebetulan saja, mungkin hanya karena sering bermain game online!" Leon menyeringai.
"Belajarlah lebih banyak, Leon, tahun depan kau akan mulai kuliah di Everlondon atau bahkan di Evermerika!" Lady Rosemary tentu saja tak suka jika putranya itu banyak bermain seperti teman-teman seumurannya yang 'bukan ningrat', "By the way, is Orion already here or not? I have to check his whereabouts!"
Lady Rose meletakkan senjata latihannya dan meraih ponsel. Namun sebuah suara ramah dan rendah mengejutkannya.
"I'm back home, Ladies and Gentlemen. Maafkan aku, sudah pergi tanpa pamit."
Rani juga berada di sekitar situ, lebih banyak menonton aksi adu jitu keluarga Delucas daripada mencoba senjata untuk latihan yang ia genggam. Sapaan Orion, walau belum berbalik menghadapnya, selalu berhasil membuatnya deg-degan.
"Well, okay, tetapi ada apa? Mengapa kau tak mengabariku?" Lady Rose semula hendak meluapkan kemarahan, tetapi segera sadar jika mereka tak hanya berdua saja.
"Aku menerima kabar, ibuku sedang kurang sehat, jadi..."
"Oh, My Bestie, Magdalene?" Lady Rose seolah-olah tampak terkejut dan prihatin, "Betulkah? Aku harus menghubunginya! Bagaimanapun ibumu adalah ibu mertuaku!" Lady Rose bergegas meraih ponsel. Ditekannya nomor kontak Lady Magdalene Brighton.