Semua orang yang berada di ruang makan utama itu spontan berdiri. Suasana yang semula hangat dan akrab mendadak berubah tegang mencekam!
"Astaga. Apakah zombie-zombie itu sudah tiba di kediaman kita ini?" Leon yang sedari dulu daya imajinasi dan fantasinya memang paling 'jalan' serta kadang agak berlebihan segera membayangkan kemungkinan terburuk seperti yang sering ia tonton di film-film besutan FlixNet.
"Hus, diam, kau ini ada-ada saja, Kak!" Grace segera menyikut kakak sulungnya.
"Ada apa, Stanley?" Henry Westwood segera bertanya kepada anak buahnya yang masih gemetar ketakutan itu.
"Di luar sana, Sir, ada belasan, puluhan... penduduk... Chestertown..." Stanley sang penjaga pintu masih terengah-engah menghirup udara segar di sela-sela laporannya.
"Ada apa dengan penduduk Chestertown?" Mata Lady Rosemary menyipit, bertanya dengan nada mulai kurang sabar.
Stanley tersentak. "Mereka berada di depan gerbang ganda utama kompleks kita, memaksa kami untuk menjual susu, telur, serta semua produk makanan dan minuman apapun yang kita produksi!"
"Malam-malam begini?" Lady Rosemary mengernyitkan kening. Ia suka berbisnis, dan memang keluarga Delucas sering memperjualbelikan produksi peternakan dan perkebunan kepada tetangga sekitar dan pemilik toko-toko bahan pokok di Chestertown. Namun kedatangan mendadak para calon pembeli di malam hari sungguh bukan hal nan wajar!
Akhirnya sang penguasa utama di kompleks Delucas segera mengambil tindakan. "Ayo, Orion, Henry, segera kita temui mereka!" Rose menyambar sebuah mantel bulu tebal dan mengajak para pria dewasa keluar, "Kita tak boleh bertransaksi kapan saja semau mereka, ini sudah malam! Jika kita jual apa yang mereka inginkan, ini akan menjadi sebuah kebiasaan buruk!"
"Mama, where are you going? Aku ikut! Please, let me see and help!" Leon tetiba mendesak.
"Oh, no, Young Man! You, Grace and Nona Cempaka stay here, no matter what happened! Awas jika kalian berani kemana-mana, Anak-anak! Nona Cempaka, mohon pastikan mereka tetap dalam pengawasanmu! I don't want to put you all into trouble!" Sang mama memelototi putranya, tegas, tak ingin dibantah.
"Huh, o-okay, Mama!" Leon tampak kecewa, namun tak ingin lagi berdebat.
Rose bergerak ke salah satu lemari kayu besar dan membuka pintunya. Di dalamnya ia meraih sesuatu dari bagian nan tersembunyi. Rani terkejut. Sepucuk senjata api? Untuk apa itu?
"Maaf, Nona Cempaka, aku tahu kau pasti masih asing dengan semua ini. Not a custom in your country, right? Kadang kami pergi berburu hewan. Senjata api laras panjang maupun laras pendek masih sangat umum dan legal digunakan di Chestertown nan terpencil ini, tentunya dengan izin khusus!" Rose dengan pose anggun ala aktris film laga menimang-nimang pistol magnum yang kelihatannya sudah siap pakai itu, "Well, takkan kugunakan jika terpaksa. Satu tembakan peringatan sudah cukup untuk membubarkan kerumunan massa itu!"
Dengan langkah mantap sang pemilik kompleks keluar, diikuti suaminya, sang kepala pelayan dan sang penjaga pintu. Rani dan kedua remaja hanya bisa kembali duduk di depan meja makan.
"Semoga tak terjadi apa-apa! Mudah-mudahan saja semua yang tadi kami temukan di internet hanya isapan jempol belaka!" Grace keceplosan.
"Eh, ada apa?" Rani tertarik pada kalimat gadis itu.
"Eh, oh, nothing, just forget it, Nona Rani!" Grace tersenyum gelisah, sementara kakaknya malah menambahkan dengan penuh semangat.
"Kami tadi mencari fakta yang tidak diungkapkan EverTV maupun EHO kepada pemirsa umum. Ternyata para korban terinfeksi virus Pharez tertangkap kamera CCTV maupun drone, kami memiliki rekaman layar dan semua hasil tangkapan layarnya!"
Grace merutuk, kesal pada kakak lelakinya yang seenaknya saja bicara sesuka hati tanpa berpikir panjang, "Kakakku yang malang, bisa-bisanya saja termakan hoaks."
"Bukan hoaks, tahu! Melainkan fakta ilmiah yang ditutup-tutupi!" Leon membela diri, "Yuk, Nona Rani, kita ke kamarku! Akan kutunjukkan kepadamu semua print-an zombie itu!" Leon tetiba menarik lengan Rani yang masih berada dalam proses mencerna semua dalam benaknya.
"Ehhh, mama kita bisa marah besar!"
"Masa bodoh!" Leon meleletkan lidah, "Ayo, Nona Rani! Percayalah, aku takkan menggigit karena aku anak baik-baik!" Candanya sambil berjalan ke pintu keluar diikuti Rani yang hanya bisa menyetujui.
"Aku ikut!" Grace tentu saja takkan membiarkan kakaknya bertindak semaunya saat mama mereka tak ada di main mansion.
***
"Kami butuh pangan! Jual semua yang ada di gudang kepada kami!"
"Berapapun harganya akan kami beli!"
"Kami mohon! Kami sanggup membayar berapapun harganya!"
Semua orang yang berada di luar pagar itu tampak makin gelisah. Beberapa maju dan menggoyang-goyangkan pagar besi ganda kompleks Delucas yang kokoh bergeming.
Para petugas jaga bersiaga di dalam, jarak mereka tak terlalu dekat. Mereka tahu jika semua aman terkendali, tak mungkin orang-orang Chestertown itu bisa menerobos atau membobol.
"Lady Rosemary Delucas!" Seorang di antara mereka, tampaknya yang didapuk menjadi juru bicara, segera memanggil Rose yang kini semakin dekat ke pintu gerbang, diiringi Orion, Kenneth dan Henry.
Pria berumur itu segera membuka pembicaraan, "Syukurlah, Anda datang juga! Kami mohon, berilah kami pangan! Kami akan membayar berapapun harganya dengan apapun yang kami miliki! Chestertown telah kehabisan stok akibat aksi panic buying tadi siang! Pharez telah jatuh dan dunia ini di ambang kehancuran! Demi Tuhan, kami sangat takut! For God's sake, you just have to help us!"
"I understand, Sir," sahut Rose dingin, "Aku sangat mengerti dan bersimpati kepada kalian, Saudara-saudaraku. Namun sayang sekali, saat ini kami tutup. Kami baru akan buka besok pagi pukul delapan. Itu juga belum kami putuskan karena mengingat krisis yang sedang terjadi, kami harus meminimalkan risiko apapun. Kami akan tutup semua penjualan hingga batas waktu yang belum dapat ditentukan!" Rose menutup pembicaraan dan berbalik untuk segera pergi.
"Wait, Ma'am!" Tetiba pria itu mengacungkan sepucuk senjata yang ia kokang hingga suaranya menghentikan langkah Rose, "Berhenti! Atau..."
Ikut mengokang benda-benda berbahaya yang sama, para tamu tak diundang ternyata juga bersenjata api! Suasana bertambah tegang. Semua penjaga terhenyak dan bersiaga. Mereka rupanya juga telah dipersenjatai aneka laras panjang oleh Rose, spontan membidik ke arah pria yang kini mengancam jiwa wanita pemilik kediaman Delucas itu. Orion, Henry dan Kenneth terdiam, dalam kegeraman bersiap-siap untuk melindungi satu-satunya wanita di antara mereka dengan cara apapun.
"Lady Rosemary Delucas, saya mohon, buka gerbang ini dan biarkan kami masuk, atau terpaksa kami akan melakukan hal-hal yang tak pernah kita inginkan!"
(bersambung)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H