Kyo termasuk paling tinggi dan paling tampan di antara anak lainnya. Perawakannya yang mirip anak Jepang membuatku teringat pada sosok Pangeran Tampan. Ia punya senyum manis dan ramah, sering duduk berdua denganku di jok belakang mobil saat mama-mama kami membawa kami ke mal di bilangan Jakarta Selatan.
Kami sebagai anak-anak baru gede sering bermain rekam-rekaman ala sandiwara radio. Ceritanya tentang apa saja, biasanya meniru sinetron yang waktu itu mulai menjamur di televisi. Maklum, TV swasta pertama Indonesia, RCTI, baru saja meluncur. Sarana main rekam-rekaman kami sederhana, hanya sebuah tape recorder plus kaset kosong yang bisa dibeli dengan harga hanya empat ribuan Rupiah di toko-toko kaset yang menjamur waktu itu. Main rekam-rekamannya juga hanya di jok belakang mobil, sambil tertawa-tawa geli saat dengar ulang suara-suara kami sendiri.
"Joy, aku suka kamu! Kamu mau jadi pacarku?"
"Oh, te, te, tentu saja, Kyo! Aku juga suka kamu!"
(Bersambung)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H