Jatuh cinta?
Oh, no.
Pernah suka sama cowok, tapi dulu aku tak tahu jika itu namanya jatuh cinta. Siapa gerangan cowok itu? Tolong jangan ditertawakan. Ialah Pangeran Tampan alias Prince Charming di pawai parade tokoh kartun Dunia Fantasi, kira-kira pertengahan tahun 1980-an. Belum lama buka, aku diajak papi dan mami ke Dufan. Umurku baru kira-kira tujuh atau delapan tahun, masih murid sekolah dasar, bocah ingusan yang masih suka dongeng-dongeng putri dan peri ala Disney. Saat itulah aku terpesona untuk pertama kalinya kepada seorang pemuda tampan. Ya, aku tidak seperti anak lain yang tertarik pada bling-bling maupun gaun cantik si Cinderella. Kedua mataku yang berada di balik sepasang kaca mata plastik minus dua terpacak pada pemandangan di sebelah Sang Putri Bule cantik bemata biru berambut panjang pirang disanggul tinggi-tinggi. Sang pendamping, Pangeran Tampan yang memang tampan, gagah bersinar. Dengan sarung tangan putihnya ia berhenti di sisiku dan menyalamiku. Tangannya hangat, senyumnya ramah sekali. Wajahnya maskulin namun teduh, seperti almarhum River Phoenix. Aku tak seberapa ingat apakah ia menyapaku. Yang jelas, aku membeku di sana. Aku jatuh cinta.
Aku tumbuh besar di bawah tumpukan buku-buku Enid Blyton dan Disney, film animasi Donal Bebek dan Miki Tikus, serta Candy-candy dan Doraemon. Imajinasi dan fantasiku benar-benar jalan. Aku senang sekali membaca buku di perpustakaan, apalagi membawa buku pulang. Aku bisa membaca di mana saja termasuk di kamar mandi, ups. Aku suka membaca di meja makan, hal yang biasanya tidak boleh dilakukan gadis kecil seusiaku.
"Joy, ayo, jangan baca sambil makan, nanti bukumu kotor!" demikian peringat mami.
Namun tidak kuhiraukan, hanya menjawab, "Sebentar Mami, Joy mau ambil minuman dan cemilan dulu!"
Akhirnya aku malah duduk membaca sambil makan di teras rumah. Alangkah nikmatnya, apalagi jika ditemani rintik gerimis air hujan, sejuk. Tentu saja sambil membayangkan sosok Prince Charming yang waktu itu masih jadi misteri, mengapa aku bisa suka pada cowok yang tidak pernah ada?
Sejak pertemuan pertama dan terakhir dengan sosok Pangeran Tampan di Dufan itu, aku jadi gemar mengoleksi segala kisah bergambar tentang Cinderella. Kutonton film kartunnya berkali-kali di video kaset ala zaman dahulu, masih kadang buram dan kresek-kresek namun mengasyikkan. Tidak, aku tak suka Cinderella-nya. Aku hanya mau melihat Pangeran Tampan lagi dan lagi.
Putri Tidur (Sleeping Beauty), Little Mermaid, dan Putri Salju (Snow White) juga punya sosok pangeran. Namun entah mengapa mereka bukan favoritku. Tetap saja Prince Charming yang paling kusuka. Mungkin karena kostum pangerannya, mungkin karena senyumnya nan ramah. Entahlah, aku belum yakin benar. Hingga akhirnya aku bertemu sosok cinta pertama sungguhan sekitar tahun 1990-an.
Cowok itu anak tetanggaku, namanya Kyo. Pada awalnya semua biasa saja, dia sering bermain sepeda denganku. Mami berteman dengan mamanya. Aku dan Kyo bersama beberapa anak laki-laki lainnya sering main bersama. Diriku memang Si Tomboy. Mainan anak laki-laki semuanya kucoba dan kumiliki. Robot, mobil-mobilan, pedang-pedangan. Karena itulah mereka suka bermain denganku.