Mohon tunggu...
Wiselovehope
Wiselovehope Mohon Tunggu... Novelis - Desainer Komvis dan Penulis Lepas. Unik, orisinal, menulis dari hati.

aka Julianti D. ~ Instagram: @wiselovehope Https://linktr.ee/wiselovehope Https://pimedia.id/wiselovehope Email: wiselovehope@gmail.com Akun Opinia: Julianti Dewi (Wiselovehope) Akun Tiktok: juliantiwiselovehope Akun X:@wiselovehope Akun Threads: @wiselovehope

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Cinta Terakhir Sang Bangsawan (Novel Romansa Thriller Apocalypse Episode 27)

15 Februari 2023   11:23 Diperbarui: 15 Februari 2023   11:42 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi dokumentasi pribadi

Mereka berdua jatuh terduduk di sebuah loveseat,  sofa sedang yang hanya cukup untuk dua orang. Terlarut dalam momen intim itu, mungkin semenit, mungkin lima, mungkin setengah jam! Perut Rani semakin terasa penuh. Rasanya sudah tak ingin makan lagi! Semua yang ada pada Orion, walau ciumannya saja, sudah lebih dari cukup! Begitu panas membara sekaligus dingin menusuk-nusuk relung batin terdalam. Rasanya lezat, manis, menimbulkan sensasi yang berbeda, tak dapat dideskripsikan begitu saja.

Dari mana tiba-tiba Rani bisa jadi seberani ini? Orion sangat heran, namun ia tak kuasa mencegah. Begitu kuat chemistry mereka berpadu, tarik menarik bagaikan kutub magnet yang berlawanan. Keduanya sama-sama tak ragu-ragu lagi, terbukti saling suka, saling cinta, saling menginginkan. 

Bibir gadis itu berbeda sekali dengan bibir Lady Rose yang tebal penuh polesan lipstik; jauh lebih polos, lembut dan rapuh. Rani masih sedikit malu-malu, rona pipinya begitu merah walau ia tak lagi mengenakan blush-on, telah mencuci muka menghilangkan make-up sebelum kehadiran Orion. Tapi rasa malu itu tak lama bertahan, semakin berubah ke arah berani! 

"Uh, maafkan aku, that was a mistake, maaf maaf maaf!" Rani mundur sedikit demi sedikit begitu menyadari dirinya selama hidup baru kali ini seagresif ini, mencium bibir tipis seorang lawan jenis. Bagaimana jika mereka di sini terhanyut, hingga...

"That's okay. By the way, you forget to eat..." Orion juga masih tak begitu percaya, tetapi semua yang terjadi itu nyata.

"Just forget it. That's a big mistake. Aku juga mencintaimu, namun kita tak mungkin akan bisa..."

"Sudah, ayo Rani, makan dulu. By the way, thanks for the kiss. It assured me that you really love me."

"Uh. Betulkah? Your welcome. Baiklah, aku makan dulu ya. Thanks for bringing me these dishes."

Dengan enggan mereka sedikit menjauh, keduanya sadar, malam ini belum saatnya untuk berbuat bodoh. Meskipun demikian, sekarang Orion sudah jauh lebih yakin. Seperti bocah ingusan yang baru saja menerima balasan perasaan, rasanya ingin melompat-lompat kegirangan. Sangat sulit untuk menahan diri!

Sementara Rani makan dengan lahap, Orion duduk terdiam sejenak merenungkan semua yang terjadi hari ini. Panic buying mendadak di Chestertown, berita breaking news yang belum lama tersiar. Letak Pharez memang cukup jauh dari Everlondon, apalagi dari Chestertown. Rasanya mustahil jika infeksi misterius yang menjatuhkan ibu kota Everance bisa tiba di sini.

"Rani, kurasa sebaiknya kita tetap berkumpul dengan semua di main mansion. Ini demi masa depan. Lady Rose ingin menyampaikan pengumuman penting kepada semua penghuni kompleks Delucas, didampingi dokter Kenneth Vanderfield."

"Uh, ya, tentu saja," Rani yang mulai merasa lebih nyaman setelah perutnya terisi kembali bisa berpikir logis.

"Good girl! Yang penting selama di hadapan umum, kita jaga jarak dahulu, oke? Kau ingin tetap bergaun indah begini atau berganti busana yang lebih nyaman saja?"

"Yang lebih nyaman saja, I think. I don't want to look too formal tonight, anyway. Kalah cantik dan anggun dengan Lady Rose."

"No, definitely you are more than her!" Orion sangat tak suka bila Rani sampai merendahkan diri seperti itu, "Kau harus percaya kepadaku. Kau sudah cantik secara alami, gadis Everasia yang alami sepertimu tak memerlukan perhiasan dan riasan untuk menunjukkan kecantikanmu!"

"Jangan buat aku tersanjung. Aku mau berganti busana dulu. Excuse me, please wait." Rani beranjak.

"In the bathroom?" Orion tampak kecewa.

"Yes. People in my country always change their clothes in private places," jelas Rani, sedikit jengah membayangkan mata cokelat Orion mengembara di tubuhnya.

"Oh, okay. Go ahead. Don't make me wait!"

***

"Huh, lama sekali suamiku itu! Do I have to wait for him this long?" Lady Rose tampak gelisah karena Orion pergi lama sekali sementara hidangan pencuci mulut sudah disajikan. Leon dan Grace masih asyik makan, sementara Kenneth si dokter muda cerewet bercerita tentang akhir pandemi virus pernapasan yang melanda dunia Ever beberapa waktu silam.

"Akhirnya setelah beberapa tahun dan beberapa juta jiwa barulah mayoritas dunia Ever sadar jika pandemi itu bukan konspirasi. Sayangnya kesadaran itu hampir saja terlambat. Virus Hexa sudah bermutasi dengan banyak sekali varian, Gamma hingga Theta, yang lebih ringan namun jauh lebih mudah menular. Bila saja semua orang Ever mau rajin menjaga protokol kesehatan dan terbuka menerima vaksin." Kenneth yang bukan hanya pintar bicara tampaknya dengan cepat berhasil mengambil hati para remaja.

"Oh ya, Henry Westwood, bagaimana jika Anda pergi sebentar ke paviliun nomor tujuh untuk menjemput Tuan Orion dan Nona Cempaka..." Tetiba titah Lady Rose itu terputus.

"Tak perlu, kami sudah datang kembali, Istriku!"

Semua mata dalam ruangan seketika memandang kepada dua pendatang baru di pintu ruang makan.

Rani menyapa semua orang, "Good evening, Everybody. Maafkan keterlambatanku. Tadi aku tertidur karena lelah."

"That's fine, Nona Cempaka. Sebentar lagi kita akan adakan briefing bersama dokter Kenneth," ucap Lady Rose cepat-cepat seakan memburu waktu, "kumpulkan semua penghuni kompleks Delucas, Henry!"

Kepala pelayan itu mengangguk. Tetiba seorang pria penjaga gerbang menyeruak masuk, dengan napas terengah-engah ia melaporkan sesuatu...

"Excuse me, maaf jika kehadiranku mengganggu acara Anda, Lady Rosemary. Sesuatu telah terjadi! Di luar pagar utama kita..."

(Bersambung)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun