Mohon tunggu...
Wiselovehope
Wiselovehope Mohon Tunggu... Novelis - Desainer Komvis dan Penulis Lepas. Unik, orisinal, menulis dari hati.

aka Julianti D. ~ Instagram: @wiselovehope Https://linktr.ee/wiselovehope Https://pimedia.id/wiselovehope Email: wiselovehope@gmail.com Akun Opinia: Julianti Dewi (Wiselovehope) Akun Tiktok: juliantiwiselovehope Akun X:@wiselovehope Akun Threads: @wiselovehope

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Cinta Terakhir Sang Bangsawan (Novel Romansa Thriller Apocalypse Episode 26)

15 Februari 2023   08:06 Diperbarui: 15 Februari 2023   08:47 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi dokumentasi pribadi

Sekarang apa yang harus kulakukan? Sejujurnya, aku akan sangat malu seandainya mereka sampai tahu bagaimana aku telah mengambil hati Orion. Aku bukan seorang perebut suami orang lain. Aku tak pernah memilih untuk jatuh hati kepadanya! Seandainya bisa kuputar balik waktu, barangkali dari awal akan kutolak saja interview di tempat nan jauh ini, memilih tempat lain di Everlondon. Jadi dengan demikian aku takkan perlu bertemu dengan Orion. Lalu semua ini takkan pernah terjadi.

Maharani sudah bergaun indah dan berias anggun ala gadis Everopa dengan busana yang sudah disediakan khusus setiap ada event spesial di kediaman Delucas. Akan tetapi ia merasa ragu, malu, dan minder. Setiap teringat pada tatapan tajam mata biru Lady Rosemary maupun pandangan mesra mata cokelat Orion dalam diam, ia bergidik. Rasanya seperti seorang pencuri tertangkap basah, pendosa yang patut dihukum seberat-beratnya.

Lady Rose tak boleh sampai tahu! Entah hingga kapan bisa kututupi semua. Aku tak bisa berdusta. Betapa bedanya pemuda itu dengan siapapun. Ia tak memiliki kekurangan! Hanya satu saja kelemahannya... terlambat untuk kumiliki!

"Good evening, Nona Cempaka. Are you there?"

Orion? Rani terkesiap, lamunannya buyar bersama dengan suara panggilan lelaki itu. Ia butuh waktu untuk sadar bahwa yang berada di luar sana bukan Orion. Bukan juga Leon atau Henry.

Uh, Kenneth si dokter? Mau apa dia kemari? Rani masih merasa curiga dengan pria yang belum lama direkrut Lady Rose itu, Haruskah aku datang menyambutnya atau aku diam saja?

Kenneth mengetuk pintu paviliun dan memanggil, "Nona Cantik, dinner is ready to be served very soon. Mari kita makan bersama di main mansion keluarga Delucas. Don't skip or come too late for the dinner, agar kita tetap sehat."

Uh, aku malas menyahut! Rani memutuskan untuk berdiam diri saja.

Pria itu menunggu, namun tak lama kemudian ia berkata, "Hmm, I guess she's not here. I have to get back and tell them. Mungkin Nona Cempaka sedang mandi jadi tak mendengar panggilanku!"

Rani mengembuskan napas lega. Ia sebenarnya tak ingin pergi ke acara makan malam itu walaupun perutnya terasa lapar.

Kurasa malam ini aku tetap di sini saja. Makan cemilan yang kubeli di Chestertown.

Di ruang makan utama, beberapa jenis hidangan pembuka telah disajikan. Leon makan dengan lahap, walau Grace sering memelototinya, "Tunggu Nona Rani dulu, kau sangat tak elegan, Tuan Muda Leon!"

"Duh, aku terlanjur lapar, Nona Rani mungkin tertidur karena kelelahan!"

Kenneth datang kembali sendirian, tanpa Rani. Orion menatap pria itu, setengah tak sadar bertanya, "Di mana Rani, is she okay?"

Kenneth menggeleng. "Pintu paviliun nomor tujuh kuketuk. Kurasa Nona Maharani Cempaka sedang mandi atau jatuh tertidur. She didn't answer me." 

"Hmph, kelihatannya kau mencemaskannya lebih dari apapun dan siapapun, My Hubby Orion, apa kau juga ingin mencari Nona Cempaka?" Lady Rose tampaknya sedikit menyentil suaminya yang belakangan lebih akrab kepada sang guru dibanding dirinya sendiri!

"Mama, aku juga cemas kok," Leon buka suara, "mungkin Nona Rani sedang kurang enak badan atau kedinginan, wajar saja. She didn't come from a subtropical country."

"Jika begitu, izinkan aku mengantarkannya makan malam!" Orion merasa tak ada yang salah jika ia mengusulkan hal itu. 

Sebelum Rose sempat protes, Grace dan Kenneth seperti kompak mendukung Orion, "Ide baik!" Grace mengangguk, "Besok kami ingin Nona Rani bisa mengajar, tak mau jika ia jatuh sakit!" Disambung kalimat 'perhatian' Kenneth, "Sebaiknya memang ia makan tepat waktu. Menunggunya di sini takkan membawa hasil."

"Mengapa mesti kau, Darling?" Rose masih mencoba menahan, "Henry bisa melakukannya."

"Hanya sebentar saja, aku segera kembali."

Orion tak menunggu-nunggu lebih lama lagi untuk persetujuan Rose. Pemuda itu segera ke dapur untuk mengambilkan sebuah nampan penuh hidangan makan malam lengkap yang ia pilih untuk Maharani.

Tok, tok, tok.

Ketukan lagi! Rani sekali lagi terkesiap. Ia bersiaga, mengira jika Kenneth si dokter masih bersikeras menunggunya di depan pintu.

"Rani! Ini aku, bukalah, cepat."

O-o-orion? Hatinya bergetar hebat, Astaga, mengapa ia nekat pergi ke tempatku ini? Apa dia sudah gila?

"Room service!" Senyum ceria pemuda itu menyambutnya saat Rani perlahan membukakan pintu.

"Oh, kau." Rani berusaha untuk bersikap biasa saja. tak terlalu terlihat gembira, tak ingin membuat Orion tahu isi hatinya begitu saja.

"Karena kau tak muncul di acara makan malam untuk menyambut dokter Kenneth, aku bawakan saja semua ini untukmu!"

"Astaga. Untukku, semua makanan lezat ini?" Rani merasa masih lapar walau sudah menyantap beberapa potong graham crackers, "Thanks. I'm not hungry. I ate a few crackers already."

"I don't care. You have to eat, or I'll feed you. Kusuapi kau makan." Orion mendesak masuk dengan nampan makanannya. Rani tak kuasa mengelak. Malam ini pemuda tinggi itu tampak makin tampan saja dengan kemeja lengan panjang tebal dan celana panjang biru gelap. Kulitnya yang putih tampak bersinar dalam cahaya lampu temaram.

"Gaunmu sangat indah dan kau tampak sangat cantik, Maharani. Mengapa kau tak segera datang ke ruang makan?" Orion meletakkan nampan di meja terdekat.

"Aku, eh, aku..." Dipuji begitu, lidah Rani tetiba kelu. Menyadari hanya berdua saja dengan Orion di paviliun ini, sepertinya ia merasa malu, "aku hanya tak ingin jika mereka sampai tahu apa-apa tentang tadi siang. Aku masih begitu asing di sini."

"Aku mengerti," Orion mendekat, diraihnya dagu Rani, sedikit tergesa-gesa namun begitu mendebarkan, diucapkannya perlahan-lahan dengan jarak semakin dekat, "tapi kita tak bisa terus-menerus berhubungan sembunyi-sembunyi begini. Aku mencintaimu dengan sepenuh hati."

"Orion, aku..."

Rani menelan ludah. Bibir Orion terlihat begitu menggairahkan, ditambah pemandangan belahan dagu yang begitu pas pada wajah tirusnya. Rani selalu terpesona pada deretan gigi putih nan rapi. Ya Tuhan, pantas saja Lady Rosemary begitu tergila-gila kepadanya! Duh, mengapa memikirkan mereka berduaan dalam bentuk apapun sungguh membuatku cemburu!

Rani kali ini sudah tak tahan lagi. Ia hanya ingin meluapkan kekesalannya pada takdir. Mendekat lebih berani lagi, spontan dilumatnya bibir pemuda itu. Orion sama sekali tak menyangka, namun ia dengan riang menyambut. Tangan mereka saling memegang pipi satu sama lain seakan tak ingin lagi terpisahkan.

(bersambung)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun