Orion tak menunggu-nunggu lebih lama lagi untuk persetujuan Rose. Pemuda itu segera ke dapur untuk mengambilkan sebuah nampan penuh hidangan makan malam lengkap yang ia pilih untuk Maharani.
Tok, tok, tok.
Ketukan lagi! Rani sekali lagi terkesiap. Ia bersiaga, mengira jika Kenneth si dokter masih bersikeras menunggunya di depan pintu.
"Rani! Ini aku, bukalah, cepat."
O-o-orion? Hatinya bergetar hebat, Astaga, mengapa ia nekat pergi ke tempatku ini? Apa dia sudah gila?
"Room service!" Senyum ceria pemuda itu menyambutnya saat Rani perlahan membukakan pintu.
"Oh, kau." Rani berusaha untuk bersikap biasa saja. tak terlalu terlihat gembira, tak ingin membuat Orion tahu isi hatinya begitu saja.
"Karena kau tak muncul di acara makan malam untuk menyambut dokter Kenneth, aku bawakan saja semua ini untukmu!"
"Astaga. Untukku, semua makanan lezat ini?" Rani merasa masih lapar walau sudah menyantap beberapa potong graham crackers, "Thanks. I'm not hungry. I ate a few crackers already."
"I don't care. You have to eat, or I'll feed you. Kusuapi kau makan." Orion mendesak masuk dengan nampan makanannya. Rani tak kuasa mengelak. Malam ini pemuda tinggi itu tampak makin tampan saja dengan kemeja lengan panjang tebal dan celana panjang biru gelap. Kulitnya yang putih tampak bersinar dalam cahaya lampu temaram.
"Gaunmu sangat indah dan kau tampak sangat cantik, Maharani. Mengapa kau tak segera datang ke ruang makan?" Orion meletakkan nampan di meja terdekat.