Mohon tunggu...
Wiselovehope aka Poetvocator
Wiselovehope aka Poetvocator Mohon Tunggu... Novelis - Desainer Komvis dan Penulis Lepas. Unik, orisinal, menulis dari hati.

aka Julianti D. ~ Instagram: @wiselovehope Https://linktr.ee/wiselovehope Https://pimedia.id/wiselovehope Email: wiselovehope@gmail.com Akun Opinia: Julianti Dewi (Wiselovehope) Akun Tiktok: juliantiwiselovehope Akun X:@wiselovehope Akun Threads: @wiselovehope

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Cinta Terakhir Sang Bangsawan (Novel Romansa Thriller Apocalypse Episode 25)

14 Februari 2023   15:01 Diperbarui: 14 Februari 2023   15:12 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagaimanapun, aku tak mungkin menolak mentah-mentah atau mengecewakan Mama. Aku bukan putra durhaka. Mungkin jika aku menuruti keinginannya, beban pikiran sekaligus beban ekonomi keluarga kami akan jauh lebih berkurang. Tetap saja, ini semua...

Melihat kegalauan di wajah tampan sang putra tunggal, Lady Magdalene Brighton semula ingin membatalkan niatnya dan berkata, Wajar jika kau terkejut, Orionku Sayang. Kau tak setuju? It's okay, tak apa-apa jika kau tak mau atau menolak, ini semua pasti terlalu mendadak dan sangat berat bagimu! Maafkan aku dan lupakanlah semua, mari kita cari jalan keluar lain. Namun sebelum ia sempat buka suara, Orion sudah menyahut pelan, "Baiklah, Mama. Akan kucoba, jika itu memang takdirku. Siapa tahu aku memang betul-betul berjodoh dengan Lady Rosemary."

"Benarkah? Kau yakin? Maafkan aku, Orion. Andai saja kita punya pilihan lain."

"Kita lakukan saja, yang penting seluruh hutang keluarga Brighton kepada keluarga Delucas segera dianggap lunas. Demi almarhum papa, demi nama baik keluarga kita, dan demi Mama."

Demikian, keesokan harinya Orion segera diantarkan sebagai seorang calon mempelai pria ke kediaman Delucas. Ritual pemberkatan pernikahan 'dadakan' berlangsung singkat walau tetap khidmat dan elegan. Lady Rosemary dan Duke Orion Brighton, di mana atas permintaan Rose, turut menggunakan nama keluarganya, akhirnya resmi menjadi sepasang suami istri. Hanya disaksikan ibu dan sepasang remaja Leon dan Grace Delucas yang akan menjadi anak sambung baginya, Orion terpaksa bersanding dengan wanita setengah baya yang belum lama ia kenal.

Begitu keduanya selesai mengucap janji suci, Lady Rosemary tersenyum puas dan bahagia. Kehadiran seorang pendamping baru di sisinya membuat rasa percaya diri dan kebanggaannya naik drastis. Namun tak demikian halnya dengan Orion. Ia mencoba gembira, sayangnya ia tak bisa. Hati kecilnya menangis, menyesali keputusan yang bertentangan dengan nurani.

Astaga, apa yang baru kami perbuat? Wanita di sisiku ini masih seorang yang asing bagiku! Aku tak mungkin bisa hidup dengannya di sini sebagai tawanan cintanya seumur hidupku! Namun semua kini sudah terlambat...

Kembali ke masa kini. Pengantin wanitanya itu tampak semakin mesra menggoda. Orion masih terus memijat tubuhnya. Tak bisa ia hindari, terpaksa ia akui, kemolekan Rose masih sangat memikat mata setiap lelaki. Rose sudah sangat siap untuk bertempur dengan Orion.

Tetiba Orion berhenti menyentuh.

"Astaga, lihat jam dinding itu, waktu sudah hampir pukul tujuh malam! We have to be prepared for the dinner!" Orion berdiri dan mengenakan busananya kembali, "Dokter Kenneth dan anak-anak serta Nona Rani menunggu kita!"

"Uh, Orion? Gah! What the hell..." rutuk Rose yang lagi-lagi gagal, "alright, let's get prepared, I hope next time, no interruption..."

Penguluran waktu Orion berhasil. Sekali lagi ia berhasil menghindar dari apa yang belum ingin ia lakukan bersama istri yang tak juga dicintainya. Terlebih setelah hatinya belum lama ini memilih gadis lain.

Maharani Cempaka.

***

Kedua remaja Leon dan Grace masih memantau situs rahasia di mana mereka mendapatkan informasi yang berbeda dari yang ditayangkan televisi. Keduanya tak ingin percaya begitu saja, terutama Grace si bungsu. Namun Leon sangat yakin bahwa semua kengerian itu nyata adanya. Ia ngotot ingin membeberkan kepada Orion, sang ayah sambung yang ia rasa akan jauh lebih mengerti dan peduli daripada ibu mereka sendiri.

"Papa Orion harus tahu! Kita tak boleh lengah seperti dulu!"

"Bagaimanapun kita tak bisa gegabah, Big Bro! Lagipula apa 'sih hal besar yang dapat kita lakukan?" Grace masih berusaha menenangkan kakaknya.

"Yah, apa lagi? Mencari apa saja untuk bersiap-siap sebelum kiamat terjadi, mempertahankan hidup kita yang rapuh ini!" Leon berusaha keras untuk mencari lebih banyak info dan foto dari deep web. Beberapa penampakan yang paling jelas malah ia cetak untuk nanti ditunjukkan kepada Papa Orion. Korban-korban infeksi virus misterius Pharez yang lolos dari pengawasan dan bisa berada di mana saja saat ini!

"Duh, Mama bisa marah besar jika ketahuan kita telah diam-diam mengakses VPN seperti ini! Habislah kita jika ia menemukan print-an zombie ini! Mama akan memutuskan semua koneksi internet kita!"

"Jangan khawatir!  Mama kita takkan pernah tahu. Ia terlalu sibuk mengurus dirinya sendiri agar tetap cantik dan menarik di mata Papa Orion. Sejujurnya, Lil' Sis, aku juga tak terlalu suka kepada dokter baru itu, si Kenneth. Aku jauuuh lebih suka kepada Nona Cempaka yang baik dan cantik."

"Huh, kau selalu suka kepada wanita yang sedikit lebih tua!" Grace suka sekali menggoda kakaknya.

"Biar saja!" Leon meleletkan lidah, lalu mematikan komputer, "Yuk kita pergi makan, sudah hampir pukul tujuh!"

Di ruang makan utama, semua orang dewasa sudah berkumpul. Leon dan Grace menyusul.

"Hai Mama, Papa Orion, Dokter, eh, Kenneth! Oh ya, Nona Cempaka belum hadir?" Leon menyapa sambil menarik kursi.

Lady Rose sepertinya terkejut, namun lebih terkesan tak tulus. "Uh, belum ya? Aneh sekali, bukan? Bagaimana jika kusuruh Henry Westwood mendatanginya ke paviliun?"

"Oh, no need to. Biar aku saja yang pergi ke sana..." Orion berdiri, namun sang istri tentu saja menarik lengannya.

"Suamiku, kau lebih tetap baik di sini dan mengobrol dengan dokter Kenneth dan anak-anak kita tentang petualanganmu di Chestertown tadi siang, Orionku Sayang!" 'Senyum pencegahan' Rose itu tentu saja membuat Orion sebal, namun ia sadar, saat ini sangat tak sopan untuk memaksakan kehendak.

"Bagaimana jika aku saja yang ke sana, sekaligus melihat-lihat kompleks tempat tinggal baruku nan indah di malam hari yang cerah ini?" Kenneth malah mengusulkan diri sambil tersenyum ramah, "Nona Cempaka tinggal di paviliun nomor berapa, ya?"

"Oh, sure, yes you can, Kenneth. She stays in the seventh pav. By the way, sorry to bother you, and thank you very much!" Lady Rose bergegas mengiyakan dengan riang gembira.

"Nay, it's a pleasure, Milady Rose. Wait, I'll go see her and take her safely here!"

Kenneth menghilang. Orion hanya bisa merutuk dalam hati.

Duh, Rani. I hope you are okay...

(Bersambung)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun