Rani merasa tercekam. Orion semakin dekat dengannya, dengan heran gadis itu tetap diam, tak ingin menjauh meski ia tahu jika Orion tak boleh begini. Ia bukan seorang gadis murahan yang bisa begitu saja menerima siapapun yang ingin berteman dengannya, apalagi mereka yang menginginkan lebih jauh lagi daripada itu. Ia menjaga diri dengan hati-hati. Semua nasihat keluarga besarnya di Evernesia ia pegang teguh. Semua orang yang ia kenal, baik pria maupun wanita, ia beri jarak tertentu yang tak bisa sembarangan mereka terobos. Begitu pula di Everopa, di mana pergaulan terasa jauh lebih santai dan lebih  bebas. Berhati-hati saja jelas tidak cukup. Ia bagaikan seekor domba putih kecil di tengah-tengah kawanan serigala, walaupun di sini tak ada serigala, hanya ada... Orion Delucas!
Akhirnya Rani mengumpulkan segenap keberanian dan bertanya, "Apa yang kau rasakan?"
"Aku mencintaimu. I love you, Maharani Cempaka."
"O-o-orion? Tidak mungkin!" Rani saat ini merasa hal yang paling mustahil di dunia sedang terjadi. Kedua mata hitamnya yang bulat terbelalak seakan tak percaya jika Orion baru saja mengatakan kalimat paling mengerikan dalam hidupnya!
Seharusnya ini jadi kalimat terindah, akan tetapi mengapa di siang hari yang cerah ini, hal itu kedengaran bagai petir di telingaku! Merobek-robek sukma dan menghunjam jantungku hingga ke relung terdalam. Orion, pertemuan kita menyakitkan hatiku, memikirkanmu menyiksa pikiranku!
(Bersambung)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H