Mendengar keterangan itu, Lady Rosemary hanya bisa menggigil, antara bingung dan marah. Spontan, ia teringat pada kejadian tragis beberapa tahun silam. Pandemi infeksi virus pernapasan mematikan yang terjadi di seluruh belahan dunia Ever memang tak berpengaruh banyak di dalam kompleks Delucas. Saat kejadian itu merebak mereka menutup diri rapat-rapat sehingga ia merasa cukup aman. Hanya saja perjalanan ke luar negeri yang sering mereka sekeluarga lakukan jadi tertunda. Setelah pandemi dinyatakan usai, malah suami pertamanya yang jenuh keluar dan ketahuan berselingkuh di Everlondon!
"Huh! Panic buying, ternyata! Berita-berita meresahkan sejak beberapa malam ini membuat warga Chestertown ikut-ikutan mencari masalah dan menimbun pasokan pangan!" kesal wanita cantik itu sambil bergegas menuju ke bus pegawai di seberang jalan. Rombongan 'go downtown' ternyata sudah ada yang kembali, walau hanya beberapa orang. Mereka, beberapa staf pria dan wanita, kelihatan terkejut dengan hadirnya Lady Rosemary yang hampir tidak pernah ingin ikut bersama dalam kegiatan santai mingguan itu!
"Milady Rosemary Delucas! Selamat da..." sapa mereka dengan wajah pucat karena ketakutan melihat ekspresi wanita cantik yang sedang kurang gembira itu.
"Sudah, tak usah tanyakan mengapa aku ada di tempat ini, yang jelas bukan karena aku berminat ikut jalan-jalan bersama kalian!" hardik majikan wanita mereka sambil meraup sejumlah besar uang tunai dari dalam tas tangannya.
Dengan heran para staf kediaman Delucas itu menerima semua kertas berharga yang dijejalkan Lady Rose itu, disertai dengan titah, "Sekarang kalian jelajahi Chestertown dan beli semua kebutuhan logistik, bahan pangan bulanan dan tahunan yang diperlukan, semua yang tak dapat kita produksi sendiri di kompleks! Bumbu dapur, perlengkapan kebersihan, peralatan kerja tambahan, ah... pokoknya apa saja yang kalian rasa perlu untuk memenuhi gudang! Aku tak peduli berapa lama kalian antre, sampai larut malam juga tak apa-apa jika perlu! Jangan berani kembali ke kediaman Delucas sampai kalian semua berhasil memperoleh semuanya! Jika kurang, telepon aku, aku akan transfer berapapun jumlahnya ke dalam salah satu rekening mobile banking kalian!"
"Ba-ba-baiklah, Ma'am! Kami segera laksanakan!" gagap semua staf itu, lalu segera bubar, menghilang satu-satu dalam kerumunan para calon pembeli di toko-toko.
Siang itu kota perbukitan kecil Chestertown mendadak ramai, hampir semua toko yang biasanya sepi tetiba diserbu ratusan calon pembeli. Lady Rosemary hanya bisa mengumpat, dengan cuek dinaikinya sedan merah mewahnya. "Ah, masa bodoh! Aku hanya ingin mencari Orion dan Maharani yang kuyakini tadi ada di sini juga! Sebal, aku tak sempat mengejar mereka gegara masalah panic buying heboh menyebalkan ini!" rutuknya sambil memutar kunci.
Dinyalakannya mesin dan segera kembali ke jalan raya dengan susah payah melewati kerumunan manusia yang mulai mengular. Sesekali ditekannya klakson sambil mengumpat, "Minggir, kalian semua! Saat ini ada yang jauh lebih penting daripada semua yang kalian ingin simpan di gudang! Awas saja kalian jika berani melakukan hal-hal yang di luar batas!"
***
Orion dan Maharani telah berlalu cukup jauh dari Chestertown. Pemuda itu mengemudikan sedan hitamnya tak sesantai tadi, sedikit lebih cepat. Sesekali lewat kaca spion tengah dipastikannya tak ada sedan merah Lady Rose mengikuti.
Maharani sedikit cemas dibuatnya, namun bersyukur pemuda itu tak memacu kendaraan yang sebenarnya mampu mencapai kecepatan fantastis tersebut.
Orion tetap menyetir dengan penuh rasa waspada melalui rute kembali ke perbukitan, semakin menanjak, namun dengan sengaja dilewatinya gerbang ganda kompleks kediaman Delucas! Ia tak ingin pulang, tak kembali ke sana? bingung Rani dalam hati
"Kita pergi ke mana?" Maharani merasa perlu bertanya, "kau baru saja melewatkan pagar rumahmu!'
"Aku sebenarnya tak ingin pulang ke rumah, dan itu bukan rumahku!" Dengan nada kesal, Orion menyahut dengan pandangan lurus ke depan. Menyadari suaranya yang sedikit mengejutkan Maharani, pemuda itu segera minta maaf, "Oh, sorry if I said that bad thing to you. I didn't mean that. Aku tak ingin melibatkanmu dengan semua ini..."
Orion masih mengemudi, namun tak secepat tadi. Memelankan laju kendaraan, ia berusaha untuk terlihat santai. "Sebaiknya kita menjauh dulu dari sekitar Lady Rose dan kediaman keluarganya. Nanti kita cari alasan agar hari ini bisa pulang sedikit terlambat ke kediaman Delucas!"
"A-a-aku sesungguhnya tak keberatan, asal Lady Rosemary tak segera memecatku karena aku sangat menyukai pekerjaanku ini!" Maharani tak mampu berkata apa-apa. Tentu saja ia tak keberatan berduaan saja dengan pria muda setampan dan seramah Orion, meski ia masih sedikit khawatir jika mereka jauh dari siapa-siapa.
"Tenang saja, sangat langka profesi guru privat sepertimu di Everopa, aku yakin sekali Lady Rose takkan sampai hati. She loves her son and daughter more than everything and everyone else, jadi ia takkan membiarkan mereka kehilangan guru bahasa yang mereka idam-idamkan," Orion tersenyum, sesekali melirik Rani dengan mata sipit cokelatnya yang menawan, "tentu saja aku juga akan membelamu sekuat tenaga agar kau tetap berada di kediaman Delucas!"
"Uh, terima kasih. Orion, kau sangat baik. Tapi, by the way, kita hendak pergi ke mana?" Rani mulai sedikit deg-deg-an lagi karena sepertinya pemuda di sisinya 'merencanakan sesuatu' di balik pelarian kecil mereka.
"Kuantar kau melihat-lihat perbukitan di sekitar Chestertown. Karena tak setiap hari aku bisa keluar bebas dari kompleks Delucas tanpa alasan kuat, kurasa sesekali bolehlah aku melarikan diri walau cuma beberapa jam saja!" Orion tertawa. Nada suaranya yang rendah maskulin, jantan dan nakal terdengar sangat sedap di telinga Rani.
Sedari pertama kali mendengarnya, selalu ada desir di pembuluh darah Rani, sesuatu yang tak bisa ia hindari. Aliran hangat di punggungnya seakan membelai lagi dan lagi, sementara matanya diam-diam mengintip senyum Orion. He has a killing smile. Why can't I hold myself, no matter how hard I tried to avoid that!
"Uh, Rani? Is there something wrong with my face?" Orion yang sadar diperhatikan balik memandang sambil memelankan laju mobil, menepi dan berhenti di sisi jalan perbukitan, tepat di pinggir sebuah tebing. Di bawah mereka terhampar pemandangan sungai maha indah. Rani tertegun sejenak mengagumi lokasi di mana mereka berada, lalu malu-malu berbalik memandang Orion yang ternyata masih memandangnya juga.
"No, nothing's wrong. I have to admit, you remind me of someone." Pipi Rani merona.
"Really? Your boyfriend?" Orion tambah bersemangat menggodanya sambil cengar-cengir, "Come on, tentu kau memiliki seseorang di Evernesia!"
"I don't have. I never had any relationship with any men in my life!" Wajah Rani jadi begitu panas, "Sungguh memalukan, aku belum punya pacar."
"I can't believe that!" Orion menggeleng, "You're so beautiful, just like that riverside view down below us!"
(Bersambung besok)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H