Maharani sedikit cemas dibuatnya, namun bersyukur pemuda itu tak memacu kendaraan yang sebenarnya mampu mencapai kecepatan fantastis tersebut.
Orion tetap menyetir dengan penuh rasa waspada melalui rute kembali ke perbukitan, semakin menanjak, namun dengan sengaja dilewatinya gerbang ganda kompleks kediaman Delucas! Ia tak ingin pulang, tak kembali ke sana? bingung Rani dalam hati
"Kita pergi ke mana?" Maharani merasa perlu bertanya, "kau baru saja melewatkan pagar rumahmu!'
"Aku sebenarnya tak ingin pulang ke rumah, dan itu bukan rumahku!" Dengan nada kesal, Orion menyahut dengan pandangan lurus ke depan. Menyadari suaranya yang sedikit mengejutkan Maharani, pemuda itu segera minta maaf, "Oh, sorry if I said that bad thing to you. I didn't mean that. Aku tak ingin melibatkanmu dengan semua ini..."
Orion masih mengemudi, namun tak secepat tadi. Memelankan laju kendaraan, ia berusaha untuk terlihat santai. "Sebaiknya kita menjauh dulu dari sekitar Lady Rose dan kediaman keluarganya. Nanti kita cari alasan agar hari ini bisa pulang sedikit terlambat ke kediaman Delucas!"
"A-a-aku sesungguhnya tak keberatan, asal Lady Rosemary tak segera memecatku karena aku sangat menyukai pekerjaanku ini!" Maharani tak mampu berkata apa-apa. Tentu saja ia tak keberatan berduaan saja dengan pria muda setampan dan seramah Orion, meski ia masih sedikit khawatir jika mereka jauh dari siapa-siapa.
"Tenang saja, sangat langka profesi guru privat sepertimu di Everopa, aku yakin sekali Lady Rose takkan sampai hati. She loves her son and daughter more than everything and everyone else, jadi ia takkan membiarkan mereka kehilangan guru bahasa yang mereka idam-idamkan," Orion tersenyum, sesekali melirik Rani dengan mata sipit cokelatnya yang menawan, "tentu saja aku juga akan membelamu sekuat tenaga agar kau tetap berada di kediaman Delucas!"
"Uh, terima kasih. Orion, kau sangat baik. Tapi, by the way, kita hendak pergi ke mana?" Rani mulai sedikit deg-deg-an lagi karena sepertinya pemuda di sisinya 'merencanakan sesuatu' di balik pelarian kecil mereka.
"Kuantar kau melihat-lihat perbukitan di sekitar Chestertown. Karena tak setiap hari aku bisa keluar bebas dari kompleks Delucas tanpa alasan kuat, kurasa sesekali bolehlah aku melarikan diri walau cuma beberapa jam saja!" Orion tertawa. Nada suaranya yang rendah maskulin, jantan dan nakal terdengar sangat sedap di telinga Rani.
Sedari pertama kali mendengarnya, selalu ada desir di pembuluh darah Rani, sesuatu yang tak bisa ia hindari. Aliran hangat di punggungnya seakan membelai lagi dan lagi, sementara matanya diam-diam mengintip senyum Orion. He has a killing smile. Why can't I hold myself, no matter how hard I tried to avoid that!
"Uh, Rani? Is there something wrong with my face?" Orion yang sadar diperhatikan balik memandang sambil memelankan laju mobil, menepi dan berhenti di sisi jalan perbukitan, tepat di pinggir sebuah tebing. Di bawah mereka terhampar pemandangan sungai maha indah. Rani tertegun sejenak mengagumi lokasi di mana mereka berada, lalu malu-malu berbalik memandang Orion yang ternyata masih memandangnya juga.