Mohon tunggu...
Wiselovehope aka Poetvocator
Wiselovehope aka Poetvocator Mohon Tunggu... Novelis - Desainer Komvis dan Penulis Lepas. Unik, orisinal, menulis dari hati.

aka Julianti D. ~ Instagram: @wiselovehope Https://linktr.ee/wiselovehope Https://pimedia.id/wiselovehope Email: wiselovehope@gmail.com Akun Opinia: Julianti Dewi (Wiselovehope) Akun Tiktok: juliantiwiselovehope Akun X:@wiselovehope Akun Threads: @wiselovehope

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Cinta Terakhir Sang Bangsawan (Novel Romansa Thriller Apocalypse Episode 13)

8 Februari 2023   08:29 Diperbarui: 8 Februari 2023   09:11 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi dokumentasi pribadi

"A-a-apa? Orion, ups, maksudku, Tuan Delucas, mengapa aku harus ikut denganmu, maksudku, bersama Anda, masuk berdua saja ke dalam kendaraan pribadi Anda?" Menyadari jika mereka berada di area terbuka yang bisa dilihat oleh siapa saja termasuk Lady Rosemary yang mungkin berada di kejauhan, Maharani berusaha untuk tak terlihat terkejut. Jantungnya tak ayal berdebar-debar, ia belum pernah duduk berdua saja dengan seorang pria di belakang kemudi.

Menurut atau tidak, apa alasan yang dapat kuberikan seandainya aku...?

"Ikuti saja perintahku. Lady Rosemary tak pernah ingin ikut serta dengan acara go downtown seperti ini. Ia masih lelap di kamar, percayalah, ini takkan jadi masalah, kita juga bepergian untuk tugas belanja mingguan! Mari, kendaraan kita ada di sini!"

Maharani sadar, titah pemuda itu tak dapat ia tolak. Orion segera berjalan menuju sebuah sedan sport hitam convertible berlogo kucing besar, merek yang tergolong mewah dan langka berseliweran di jalan-jalan Viabata, setidaknya di hadapan Maharani. Gadis itu terpana, ingin rasanya mengucek-ucek mata saking tak percaya pada penglihatannya. Kendaraan itu sangat mulus, tentunya belum lama dibeli. Catnya kinclong, berkilau menyilaukan di bawah sinar mentari pagi Chestertown.

"Tak usah segan-segan. One more thing. Sebenarnya ini bukan mobilku, ini milik Rose, pinjaman yang boleh kupakai sewaktu-waktu jika aku perlu bepergian, just like our 'go downtown' needs. Tentunya untuk tugas, takkan pernah diizinkan untuk kesenangan belaka."

Hari ini Orion mengenakan sweater turtleneck biru tua, celana panjang hitam santai serta kacamata hitam. Ia tampil trendi sekaligus kasual layaknya seorang selebriti. Tampan maksimal. "Ayo, masuk, Rani, jangan diam saja. Come on in. Kau mau Rose memergoki kita lalu memecatmu?"

"Oh, yes, of course, ba-ba-baiklah!" gugup, Rani nyaris lupa menelan ludah. Duh, Leon Delucas benar, papa sambungnya ini betul-betul mirip dengan aktor pemeran Pangeran Kaspia dalam kisah film fantasi yang pernah kusaksikan zaman kecil di bioskop. Mimpi apa aku, dalam hidup akhirnya bertemu seseorang yang begitu mirip si tampan itu!

Orion membukakan pintu sedan bagi Rani. Lalu pemuda itu berputar dan membuka pintu lainnya di sisi pengemudi. Maharani merasa gelisah. Belum pernah ia duduk di jok kulit asli yang begitu empuk. Aroma interior mobil baru menyapa, seketika membuat betah. Orion menyalakan mesin mobil yang langsung berbunyi halus tanpa banyak getaran.

Gaya Orion mengemudi begitu santai. Gerbang ganda terbuka, sedan hitam mereka keluar mendahului bus mini pegawai yang menyusul tepat di belakang.

Kendaraan-kendaraan mereka beriringan menuruni bukit dengan kecepatan minimal. Jalan kecil beraspal mulus di perbukitan Chestertown cenderung sepi, sesekali berliku, namun sama sekali tidak curam. Udara sejuk pegunungan terasa segar dan bersih menyapa wajah Rani.

"Di sini damai dan nyaman sekali, jauh dari hiruk pikuk Everlondon." Rani merasa seperti sedang berwisata.

"Ya, baik untuk kesehatan. Mungkin suasana sedikit membosankan bagi pecinta kota besar," Orion membalas tanpa sedikitpun mengalihkan pandang dari jalan. Ia pengemudi yang sangat berhati-hati. Rani diam-diam mengagumi keterampilan sang tuan muda.

"Tidak. Di sini jauh lebih baik daripada di Viabata yang panas dan berisik."

"Ah, tentu tak seburuk itu. Sesekali aku ingin juga ke Evernesia, andai saja ada kesempatan," Orion membelokkan mobil ke sebuah jalan yang cukup besar di kaki bukit. Kiri-kanan dipenuhi deretan perumahan dan gedung-gedung rendah tua. Suasananya seperti kota resor nan teduh dan sejuk. Nyaman, santai.

"Chestertown. Kita sudah tiba!" Orion memarkirkan sedan di sisi jalan.

Bus mini tak lama kemudian menyusul. Dari dalamnya semua pegawai satu persatu keluar. Rani tadinya ingin bergabung dengan mereka, namun Orion menarik lengannya.

"Kau temani aku saja. Kita perlu membeli beberapa keperluan yang tak bisa kita produksi sendiri."

"Baik, aku menurut saja."

Orion memberi beberapa instruksi kepada rombongan para pegawai. Mereka bebas bepergian ke mana saja sesuka hati selama tiga jam, lalu berkumpul lagi di tempat parkir untuk kembali ke kediaman Delucas.

"Lalu, aku ke mana?"

"Kau ingin ikut mereka saja?"

"Tidak..." Rani merasa malu jika hanya berdua saja dengan pemuda setampan Orion. Namun ia sedikit bangga juga diperlakukan berbeda dari pegawai lainnya.

Duh, kuharap aku tak jadi terlalu percaya diri karena ia memperlakukanku dengan spesial di hadapan pegawai lainnya. Rani mendekap erat tas tali kecil yang ia bawa, bergegas mengikuti Orion yang berjalan di depannya menuju ke sebuah toko serba ada kecil, semacam minimarket.

Kota resor kecil itu jauh lebih sepi daripada Everlondon, apalagi Viabata. Bersih, tertib, teratur. Deretan toko-toko, kafe dan restoran kecil tampak hidup dengan kehadiran beberapa pelancong maupun penduduk setempat. Hanya ada beberapa pelanggan, tak ada antrian maupun suara-suara kendaraan bermotor.

"Rani, kau bebas mengambil kebutuhan sehari-harimu. Nanti kubayarkan."

"Sungguh?"

"Ya. It's a privilege. Jangan ragu-ragu, ambil saja semua yang kau mau. Kita hanya bisa sesekali go downtown, about once a week, you know?"

"O-o-okay! Thank you very much!" Rani merasa gugup. Ia tak tahu harus berkata apa.

Keluarga Delucas tampaknya sangat kaya. Uh, aku yang terlalu sungkan atau belum terbiasa hidup begini! Rani merasa segan. Namun ia berkeliling juga mengambil beberapa barang keperluan sehari-hari wanita yang dirasanya belum ada di bawaannya.

Orion di sisi lain minimarket juga sedang sibuk memilih-milih barang belanjaan. Ia tak hanya melihat rak-rak berisi produk. Diam-diam dengan sudut mata sipit cokelatnya ia memantau gerak-gerik Maharani.

Rani, andai saja kita bisa pergi berdua sedikit jauh dari sini... Orion diam-diam mengkhayalkan sesuatu sambil tersenyum.

Saat ingin meletakkan belanjaan di meja check-out kasir, pemuda itu memandang keluar dari jendela. Dengan heran diperhatikannya teras sebuah toko elektronik di seberang jalan.

"What's going on out there?" tanya Orion kepada si kasir yang bertugas, "Ramai sekali orang-orang datang berkerumun menonton sesuatu di depan toko itu!"

"I don't know, Sir. It looks like there's something interesting displayed on their TVs." 

"Bisakah Anda menyetel televisi? Ada berita apa gerangan?"

"Sure. Here we go."

Orion dan kasir itu segera menyaksikan di televisi minimarket. Dari ujung ruangan, Rani dan beberapa tamu lain ikut datang dan menonton di sekitar area kasir itu.

Wajah mereka perlahan-lahan memucat.

"Pharez jatuh. Diberlakukan lockdown total. Hampir seisi kota terinfeksi. Seluruh warga Everance berada dalam bahaya besar; kekurangan pasokan logistik, alat kesehatan, keselamatan jiwa! Tak seorangpun warga lokal dan asing diizinkan keluar masuk, semua akses bandar udara telah ditutup, demikian pula kereta cepat, pelabuhan, jalan darat dan semua jalur transportasi lainnya. Doa kita untuk Pharez dan Everance, semoga infeksi tak dikenal ini tak menjadi masalah besar dunia Ever seperti halnya pandemi virus pernapasan beberapa tahun silam!"

(Bersambung)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun