"Tidak..." Rani merasa malu jika hanya berdua saja dengan pemuda setampan Orion. Namun ia sedikit bangga juga diperlakukan berbeda dari pegawai lainnya.
Duh, kuharap aku tak jadi terlalu percaya diri karena ia memperlakukanku dengan spesial di hadapan pegawai lainnya. Rani mendekap erat tas tali kecil yang ia bawa, bergegas mengikuti Orion yang berjalan di depannya menuju ke sebuah toko serba ada kecil, semacam minimarket.
Kota resor kecil itu jauh lebih sepi daripada Everlondon, apalagi Viabata. Bersih, tertib, teratur. Deretan toko-toko, kafe dan restoran kecil tampak hidup dengan kehadiran beberapa pelancong maupun penduduk setempat. Hanya ada beberapa pelanggan, tak ada antrian maupun suara-suara kendaraan bermotor.
"Rani, kau bebas mengambil kebutuhan sehari-harimu. Nanti kubayarkan."
"Sungguh?"
"Ya. It's a privilege. Jangan ragu-ragu, ambil saja semua yang kau mau. Kita hanya bisa sesekali go downtown, about once a week, you know?"
"O-o-okay! Thank you very much!" Rani merasa gugup. Ia tak tahu harus berkata apa.
Keluarga Delucas tampaknya sangat kaya. Uh, aku yang terlalu sungkan atau belum terbiasa hidup begini! Rani merasa segan. Namun ia berkeliling juga mengambil beberapa barang keperluan sehari-hari wanita yang dirasanya belum ada di bawaannya.
Orion di sisi lain minimarket juga sedang sibuk memilih-milih barang belanjaan. Ia tak hanya melihat rak-rak berisi produk. Diam-diam dengan sudut mata sipit cokelatnya ia memantau gerak-gerik Maharani.
Rani, andai saja kita bisa pergi berdua sedikit jauh dari sini... Orion diam-diam mengkhayalkan sesuatu sambil tersenyum.
Saat ingin meletakkan belanjaan di meja check-out kasir, pemuda itu memandang keluar dari jendela. Dengan heran diperhatikannya teras sebuah toko elektronik di seberang jalan.