Mohon tunggu...
Wiselovehope
Wiselovehope Mohon Tunggu... Novelis - Desainer Komvis dan Penulis Lepas. Unik, orisinal, menulis dari hati.

aka Julianti D. ~ Instagram: @wiselovehope Https://linktr.ee/wiselovehope Https://pimedia.id/wiselovehope Email: wiselovehope@gmail.com Akun Opinia: Julianti Dewi (Wiselovehope) Akun Tiktok: juliantiwiselovehope Akun X:@wiselovehope Akun Threads: @wiselovehope

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Cinta Terakhir Sang Bangsawan (Novel Romansa Thriller Apocalypse Episode 9)

6 Februari 2023   13:07 Diperbarui: 6 Februari 2023   13:19 180
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi dokumen pribadi

"Oh, itu semua hanya mimpi! Walaupun sedikit kesal harus berakhir, syukurlah, bukan kenyataan!"

Dini hari menjelang pagi, Maharani mendadak terjaga. Ia sadar jika ia seharusnya tak menginap di sini, harus kembali ke paviliun secepatnya. Semalam ia tak seharusnya berada di main mansion ini, apalagi hanya atas izin Orion. Sang nyonya rumah yang galak tentu akan curiga. Maka gadis itu secepatnya mengenakan pakaian semalam dan diam-diam berlalu dari sana menuju paviliunnya sendiri. Udara pagi buta pegunungan Chestertown masih dingin menusuk tulang walaupun hujan semalam sudah lama berhenti. Maharani berusaha menahannya dengan syal panjang yang ketat membalut leher. Bagaimanapun ia harus membiasakan diri.

Ia hanya sempat mandi pagi sejenak dengan air hangat dan berganti busana sebelum kembali ke main mansion untuk memulai tugas di hari pertamanya. Dipastikannya penampilannya sebagai guru privat cukup prima, walau memikirkan akan bertemu dengan Orion lagi sedikit banyak cukup menggelisahkan.

"Selamat pagi, Nona Maharani Cempaka! Semoga malam pertama Anda di kediaman Delucas menyenangkan dan Anda bisa tidur nyenyak seperti di rumah sendiri!" Ternyata yang menyambut kedatangan Rani pagi ini adalah Lady Rosemary sendiri. Kelihatan sedikit berbeda pagi ini, ia sedikit lebih ramah, mungkin sekali sedang berusaha untuk mengambil hati tamu barunya, "Kami sudah mempersiapkan sarapan pagi hari pertama bersama-sama seluruh anggota keluarga, agar Anda bisa menikmati ramah-tamah dan lezatnya masakan sarapan khas Everopa!"

Maharani hari ini sarapan di dapur besar yang hangat tepat di samping pantry, sama seperti di film-film yang sering ia tonton saat masih berada di Evernesia. Terhidang banyak sekali lembaran roti panggang dengan topping keju, dua macam telur, bacon sapi panggang dan sosis homemade yang aromanya menggugah selera. Juga aneka jus, susu, sereal, juga tersedia kopi hangat dan teh khas Everopa.

Di hadapan meja kayu bulat telah duduk kedua remaja Delucas bersama Orion. Mereka terlihat gembira menyambut Maharani yang pagi itu terlihat elegan dengan celana panjang dan blus lengan panjang wol berwarna merah hati yang terkesan hangat.

"Ayo, kita makan bersama-sama mengawali hari baru, pelajaran baru Leon dan Grace dengan masakan lezat dan sambutan hangat khas keluarga Delucas!" Lady Rose masih memberikan kata-kata resmi yang ia usahakan keluar seramah mungkin namun tetap terkesan dingin, "Makanlah sepuas-puasnya, kami selalu memiliki hidangan berlimpah-limpah di sini, kita takkan pernah kekurangan!"

Mereka berdoa lalu mulai makan bersama, kali ini lebih banyak diam. Orion beberapa kali berusaha mengajak Maharani bercakap-cakap, namun Lady Rose selalu memotong dan mengalihkan pembicaraan basa-basi itu. Akhirnya pemuda itu hanya bisa berdiam diri dan berusaha bertukar pandang dari seberang meja. Maharani sendiri berusaha untuk menikmati makanan itu, walaupun ia merasakan benar Lady Rose masih 'memamerkan' suami barunya itu dengan keangkuhan tersendiri.

Maharani sadar, ia bukan siapa-siapa di sini, saat ini ia hanya seorang pekerja yang sedang diperkenalkan pada lingkungan barunya.

"Setelah semua kenyang dan gembira, silakan kalian bertiga memulai pelajaran Bahasa Evernesia di ruang studi dan perpustakaan keluarga yang berada di lantai tiga. Semua yang dibutuhkan sudah tersedia; buku-buku, alat tulis hingga komputer." Lady Rose memberi pengarahan sambil menepuk bahu putra-putrinya.

Seusai sarapan, Maharani yang memang rajin dan ingin menunjukkan rasa terima kasih turut membantu Leon dan Grace mencuci piring di pantry. Tadinya Orion ingin membantu, namun dengan cepat Lady Rose menarik lengannya menjauh dan menghilang bersama di ruang keluarga.

"Nona Rani, biarkan saja mereka. Aku tahu Orion masih tak mencintai Mama, ia berusaha untuk itu, tapi entahlah apakah ia akan bisa," Leon seperti bisa merasakan apa yang Rani rasa, "kasihan 'sih, tapi pemuda itu tak bisa berbuat apa-apa. Hanya seperti boneka hidup saja di sini."

"Betul. Kami dulu tak terlalu suka pada kehadirannya sebagai pengganti papa, lalu kami sadar, ia bukan musuh kami. Kami malah balik bersimpati karena sebenarnya ia seorang pemuda kota yang cukup baik." Grace menambahkan dengan suara kecil, seakan-akan takut mama atau papa sambungnya akan mendengarkan.

"Oh, baiklah, jadi Orion itu sebenarnya baik ya?" Rani diam-diam mengulum senyum. Sempat terbayang sejenak adegan yang ia saksikan semalam, sesuatu yang sempat menyentakkan dirinya. Sejak semalam ada yang berubah dalam dirinya, sesuatu yang takkan pernah sama lagi!

"Ya. Sayang sekali kini ia terjebak selamanya dengan mama kami. Sebenarnya ia bisa jadi papa sambung yang baik, apalagi ia sangat ramah, masih muda dan senang bermain piano. Ia juga kadang mengajari kami. Ya, sebenarnya ia putra teman akrab mama. Lalu karena ada masalah, well, konon mereka dijodohkan." Leon membuka cerita sambil meletakkan piring-piring dan cangkir yang baru mereka cuci ke dalam pengering.

Dijodohkan? Ternyata benar. Orion semalam pasti hendak menceritakan hal itu.

"Ada apa, Nona Rani? Apakah..." Grace tersenyum seolah meledeknya, "Anda juga suka melihat Orion? Ia begitu tampan, bukan?" Gadis remaja itu tersenyum dan cengar-cengir hingga membuat wajah Maharani merona.

"Ah, tidak. Lagi pula ibumu sudah menikahinya." Maharani menggeleng sambil tersenyum geli, berusaha untuk menepis perasaannya.

"Sudahlah, aku tahu jika Anda juga suka melihatnya, ia seperti artis film pemeran Pangeran Kaspia, bukan? Ya, tentu saja tak ada salahnya jika semua wanita muda dan tua menyukainya. Mama saja yang 'beruntung' bisa mendapatkannya," Leon menambahkan, "oh ya, mari kita segera ke perpustakaan, kami berdua sudah tak sabar ingin belajar dengan Anda!"

Selama beberapa jam hingga siang menjelang, ketiganya asyik mempelajari Bahasa Evernesia. Siang itu, lagi-lagi mereka berlima dipertemukan di meja makan siang. Maharani masih terus memikirkan kisah Orion yang masih mengusik rasa penasarannya, sementara Leon dan Grace bersama-sama mendiskusikan beberapa kata-kata Bahasa Evernesia yang baru mereka pelajari.

"Orion, sore ini bisakah kau antarkan Nona Maharani berkeliling fasilitas di peternakan kita untuk melihat-lihat?" Permintaan Lady Rose itu sedikit mengejutkan bagi keduanya, namun mereka hanya bisa terdiam sambil mendengarkan, "Aku sebenarnya ingin sekali ikut serta, tapi hari ini kebetulan sekali adalah jadwal petugas perawatan kecantikan mingguanku dari Chestertown untuk melakukan manikur dan pedikur."

"Oh, tentu saja!" Orion menyetujuinya, agak terlalu gembira, yang segera ia sesali sebab akan membuat istrinya itu curiga.

Tetapi kali ini nada suara pemuda itu tak terlalu ditanggapi, Rose dengan santai melanjutkan, "Kalian berdua tentu saja mengerti posisi masing-masing, jadi berlakulah sopan santun seperti halnya keturunan bangsawan muda dan nona tamu agung terhormat!"

"Terima kasih, Lady Rose. Sungguh sebuah kehormatan bagiku!" Maharani mengangguk hormat walau masih tak percaya jika ia begitu saja diberi kesempatan berjalan-jalan sejenak jauh dari siapa-siapa, walau masih di kediaman Delucas, bersama Orion.

Tak seberapa lama, udara segar pegunungan menyegarkan Maharani yang siang itu dibawa tur keliling berjalan kaki bersama Orion. Mereka masih bersikap formal bagaikan tamu dan tuan rumah, seakan entah kompak atau enggan karena begitu banyak mata mengawasi. Pemandangan khas pedesaan sangat permai dan indah, walau suasana musim gugur masih terasa. Pekerja-pekerja di kompleks kediaman Delucas masih bertugas di posisi masing-masing. Jumlahnya tak banyak, mungkin puluhan orang saja, namun peternakan-perkebunan yang mereka kelola semua berjalan dengan baik.

"Jadi, di sini semua bahan makanan dan minuman kita diproduksi sendiri?"

"Ya. Kami juga menjual sebagian besar produk sayuran, buah-buahan, dairy dan poultry kami di Chestertown. Jadi kompleks Delucas bisa dibilang sangat mandiri dalam menghasilkan segalanya."

"Wah, hebat sekali. Pantas semua hidangan di sini begitu segar dan lezat," puji Rani dengan kagum dan tulus.

"Sayangnya begitu tiba di sini, akan sangat jarang atau tak bisa sering main ke kota." Orion sepertinya keceplosan, "Ups, maaf, maksudku, dulu memang aku hidup di Everlondon. Pemuda kota besar, barangkali sama sepertimu dulu di Viabata."

"Everlondon sangat berbeda dengan Viabata yang panas. Makanan di Evernesia sangat banyak dan murah meriah, sedangkan di Everlondon sedikit lebih mahal untuk ukuran sakuku."

"Tenang saja, di sini semua kebutuhanmu terjamin. Oh ya," Orion berhenti sejenak, mereka kini berada sedikit jauh dari area pekerja, menepi di jalan setapak berpohon-pohon yang sepi, "sesekali, kita mungkin bisa turun ke Chestertown bersama-sama, jika kau tak keberatan? Well, berbelanja untuk kebutuhan lain mingguan dan sebagainya? Pasti Lady Rosemary mengizinkan, beliau takkan keberatan, karena beliau tak suka berbelanja selain ke butik atau ke salon."

(Bersambung)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun