Seusai sarapan, Maharani yang memang rajin dan ingin menunjukkan rasa terima kasih turut membantu Leon dan Grace mencuci piring di pantry. Tadinya Orion ingin membantu, namun dengan cepat Lady Rose menarik lengannya menjauh dan menghilang bersama di ruang keluarga.
"Nona Rani, biarkan saja mereka. Aku tahu Orion masih tak mencintai Mama, ia berusaha untuk itu, tapi entahlah apakah ia akan bisa," Leon seperti bisa merasakan apa yang Rani rasa, "kasihan 'sih, tapi pemuda itu tak bisa berbuat apa-apa. Hanya seperti boneka hidup saja di sini."
"Betul. Kami dulu tak terlalu suka pada kehadirannya sebagai pengganti papa, lalu kami sadar, ia bukan musuh kami. Kami malah balik bersimpati karena sebenarnya ia seorang pemuda kota yang cukup baik." Grace menambahkan dengan suara kecil, seakan-akan takut mama atau papa sambungnya akan mendengarkan.
"Oh, baiklah, jadi Orion itu sebenarnya baik ya?" Rani diam-diam mengulum senyum. Sempat terbayang sejenak adegan yang ia saksikan semalam, sesuatu yang sempat menyentakkan dirinya. Sejak semalam ada yang berubah dalam dirinya, sesuatu yang takkan pernah sama lagi!
"Ya. Sayang sekali kini ia terjebak selamanya dengan mama kami. Sebenarnya ia bisa jadi papa sambung yang baik, apalagi ia sangat ramah, masih muda dan senang bermain piano. Ia juga kadang mengajari kami. Ya, sebenarnya ia putra teman akrab mama. Lalu karena ada masalah, well, konon mereka dijodohkan." Leon membuka cerita sambil meletakkan piring-piring dan cangkir yang baru mereka cuci ke dalam pengering.
Dijodohkan? Ternyata benar. Orion semalam pasti hendak menceritakan hal itu.
"Ada apa, Nona Rani? Apakah..." Grace tersenyum seolah meledeknya, "Anda juga suka melihat Orion? Ia begitu tampan, bukan?" Gadis remaja itu tersenyum dan cengar-cengir hingga membuat wajah Maharani merona.
"Ah, tidak. Lagi pula ibumu sudah menikahinya." Maharani menggeleng sambil tersenyum geli, berusaha untuk menepis perasaannya.
"Sudahlah, aku tahu jika Anda juga suka melihatnya, ia seperti artis film pemeran Pangeran Kaspia, bukan? Ya, tentu saja tak ada salahnya jika semua wanita muda dan tua menyukainya. Mama saja yang 'beruntung' bisa mendapatkannya," Leon menambahkan, "oh ya, mari kita segera ke perpustakaan, kami berdua sudah tak sabar ingin belajar dengan Anda!"
Selama beberapa jam hingga siang menjelang, ketiganya asyik mempelajari Bahasa Evernesia. Siang itu, lagi-lagi mereka berlima dipertemukan di meja makan siang. Maharani masih terus memikirkan kisah Orion yang masih mengusik rasa penasarannya, sementara Leon dan Grace bersama-sama mendiskusikan beberapa kata-kata Bahasa Evernesia yang baru mereka pelajari.
"Orion, sore ini bisakah kau antarkan Nona Maharani berkeliling fasilitas di peternakan kita untuk melihat-lihat?" Permintaan Lady Rose itu sedikit mengejutkan bagi keduanya, namun mereka hanya bisa terdiam sambil mendengarkan, "Aku sebenarnya ingin sekali ikut serta, tapi hari ini kebetulan sekali adalah jadwal petugas perawatan kecantikan mingguanku dari Chestertown untuk melakukan manikur dan pedikur."