Mohon tunggu...
Wiselovehope aka Poetvocator
Wiselovehope aka Poetvocator Mohon Tunggu... Novelis - Desainer Komvis dan Penulis Lepas. Unik, orisinal, menulis dari hati.

aka Julianti D. ~ Instagram: @wiselovehope Https://linktr.ee/wiselovehope Https://pimedia.id/wiselovehope Email: wiselovehope@gmail.com Akun Opinia: Julianti Dewi (Wiselovehope) Akun Tiktok: juliantiwiselovehope Akun X:@wiselovehope Akun Threads: @wiselovehope

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Cinta Terakhir Sang Bangsawan (Novel Romansa Thriller Apocalypse Episode 7)

3 Februari 2023   16:49 Diperbarui: 3 Februari 2023   16:51 310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebenarnya Maharani tak ingin melihat dan mendengar semua itu. Tak ayal ia terlanjur mengetahuinya, tak bisa lagi menahan-nahan rasa penasarannya.

Seumur umur ia belum pernah menonton satu pun film dewasa, bahkan sinetron dan Drama Khoreya-Everiental saja tak pernah sempat disaksikannya. Namun adegan tak terduga yang tersaji dan tak sengaja diketahuinya telah membuat insting terpendamnya membara.

Orion, I don't know why, but honestly, I want you too!

Sementara sebuah perasaan lain berkecamuk dalam hatinya, antara kesal, marah, dan...

Cemburu? ah, tidak, tidak, tidak! Aku bukan tipe gadis cemburuan, apalagi kepada suami orang lain, itu sebuah hal terlarang, aku hanya ingin... Maharani menggigit bibir, tak tahu harus berkata apa dalam hatinya mengenai istilah yang satu itu.

 "Do it to me now, please, Orion!" mohon Lady Rose yang sepertinya sudah tak tahan lagi. Ia sudah ingin sekali sampai di menu utama, tak ingin hanya mencicipi hidangan pembuka saja. Orion sudah berhasil membuatnya terbang ke awang-awang, ke langit ketujuh, hanya tunggu hingga mencapai nirwana luar dunia itu saja...

"Oh, I'm so sorry, Ma'am. But I can't..."

Maharani keheranan sendiri mendengar kata-kata Orion itu.

A-a-apaaa?

"But you're my husband now and forever! Why don't you ever want to finish what you've started?" 

Kedengarannya Lady Rosemary Delucas sangat marah dan tak ingin mendengar perkataan Orion itu. Ia berdiri, bergegas menutupi tubuhnya yang nyaris polos itu dengan kimono tidur, lalu melemparkan sesuatu ke Orion yang masih diam terduduk di atas ranjang mereka.

"Ini, kenakan kimono tidurmu dan cepat keluar dari kamarku! Dasar suami tak berguna!" maki Lady Rose dengan kesal.

Astaga! Mereka tak jadi melakukan hubungan suami-istri? Maharani merasa sedikit lega walau jadi kebingungan sendiri, Mengapa? Sungguh aneh sekali!

"Aku tak ingin lebih jauh lagi karena aku belum bisa sepenuhnya mencintai Anda, Lady Rose!" jujur Orion, yang juga membuat Maharani di luar sana terhenyak.

"Bagaimanapun juga, kau ada di sini karena harus memenuhi kewajiban keluargamu! Kau terikat seumur hidup denganku! Kau takkan pernah bisa lari begitu saja seperti saat ayah dari Leon dan Grace pergi meninggalkanku!"

Maharani buru-buru bersembunyi di balik sebuah lemari pajangan besar di koridor saat Orion, sudah mengenakan kimono tidur pria berwarna hitam, keluar dari kamar utama milik Lady Rose. Jantung Rani masih berdebar-debar, ia berharap sambil memejamkan mata agar Orion tidak lewat ke arah di mana ia berada.

Duh, koridor ini luas tapi tidak ada tempat berlindung kecuali di balik lemari ini, dan jika ia menuju ke sini, aku akan ketahuan! Maharani menunggu dalam diam sambil berjongkok serendah-rendahnya, berharap agar kehadirannya tidak disadari.

Beruntung, ternyata Orion tidak lewat ke arah lemari di mana Maharani bersembunyi. Pemuda itu pergi ke arah lainnya dan berbelok, menghilang di ujung sana.

Maharani mengembuskan napas lega. Ia ingin menyusul Orion, namun masih merasa segan sekali.

Semua yang baru ia saksikan dalam diam membuat dirinya terusik, juga merasa prihatin. Benarkah Orion dan Lady Rose belum menjadi suami-istri sejati, seperti tadi pengakuan pria itu kepadaku? 'Perempuan tua itu bukan istriku!' Astaga, mengapa pria sebaik dia bisa mengatakan hal itu? batin Maharani, Hah, baik? Mengapa aku langsung memihaknya dan berpikir jika dia benar-benar baik?

Diputuskannya untuk keluar dari persembunyian dan menyusul Orion sesegera mungkin.

Bersijingkat agar tak ketahuan, Maharani merasa tindakannya ini cukup konyol. Langkah kakinya yang tertutup sandal-sandal kamar takkan bisa terdengar di atas karpet tebal mansion yang terbentang dari ujung ke ujung!

Orion ternyata tidak menuju kamar lain atau kamarnya sendiri. Pemuda itu malah pergi ke beranda yang tadi malam didatanginya menyusul Maharani. Udara dini hari masih terasa dingin, di luar sana hujan masih turun. Lampu di langit-langit beranda itu menyala remang saja. Orion berdiri tegap menatap pemandangan; langit gelap, hamparan taman terguyur tetesan air dari langit.

Maharani menyusulnya, berdiri di belakang pemuda itu, belum mengeluarkan suara apa-apa. Temperatur rendah membuatnya menggigil. Tetesan air hujan Everopa memang rapat-rapat dan sangat halus, menimbulkan dingin menusuk tulang, memaksa Maharani mendekap erat dirinya sendiri. Ia menggigil, sedikit menyesali diri mengapa tadi lupa membalut gaun tidur sutranya dengan tambahan kimono.

Gemeletuk giginya ternyata terdengar oleh Orion, yang segera berpaling dan menangkap basah gadis itu sedang membuntutinya!

Maharani terhenyak! "Oh, I'm so sorry, Orion! I couldn't sleep, so I walked around the house," Maharani mencoba mencari alasan, menyunggingkan senyum kaku, "then I saw that veranda door opened, and..."

"Hai, Rani. Selamat pagi, uh, tepatnya, selamat dini hari!" Orion ternyata tak marah, malah balik tersenyum seramah mungkin.

Maharani yang masih kedinginan merasa senyum itu begitu hangat, bagai panah berapi yang menembus hatinya!

"Selamat dini hari juga! Mengapa Anda, uh, kamu berada di sini dan tidak pergi tidur?" Maharani mencoba berlagak bodoh.

"Aku baru saja bertengkar dengan Rose. Uh, lupakanlah. Semenjak beberapa hari sejak aku menikah dengannya, hal seperti ini lumrah terjadi." Orion tersenyum tipis, gundah.

"Sebenarnya, maaf jika aku lancang dan ikut campur. Jika tak keberatan, dapatkah aku tahu apa yang terjadi? Apakah hubungan pribadi Orion dan Lady Rosemary memiliki masalah?"

"Tidak ada, kurasa. Setidaknya, itu dari dirinya, Rose mengaku mencintaiku. Akulah yang belum lama mengenalnya dan ini semua terlalu mendadak. Ya, ceritanya sangat panjang. Membosankan. Sesungguhnya, aku tak ingin kau direpotkan karenanya!" Orion sepertinya belum siap membuka diri, malah mengalihkan topik pembicaraan, "Rani sendiri, mengapa tak bisa beristirahat?"

"Uh, aku baru saja bermimpi buruk tentang kejadian di tanah airku, semua gara-gara berita mengejutkan di televisi tadi malam! Aku bermimpi masih berada di Viabata, tempat tinggal sewaanku diserang oleh teror mayat-mayat hidup! Kedengarannya sangat konyol, bukan? Aku sudah lama tak bermimpi seburuk itu!" Maharani merasa bingung, mengapa di hadapan pria muda ini ia begitu lancar berbicara. Sedari remaja, Rani bukan sosok cewek yang mudah akrab dengan cowok-cowok seumuran!

"Aku sering bermimpi juga. Namun beberapa hari silam, mimpi burukku malah menjadi kenyataan," Orion menggaruk-garuk kepalanya walaupun tidak terasa gatal, "harus mengikuti perintah orang tuaku sendiri, lebih tepatnya, ibuku. Beliau tiba-tiba memintaku untuk menikah dengan Lady Rosemary, sahabatnya sendiri!"

"Terpaksa menikah?" Maharani selama ini mengira jika wanita di negerinya lebih banyak mengalami hal itu, entah karena status keluarga, himpitan hutang piutang, dan sebagainya.

"Betul. Mungkin jika kau tak keberatan, aku akan menceritakannya kapan-kapan."

"Mengapa tidak sekarang?"

"Lebih baik Rani cepat masuk kembali. Pasti dirimu sangat kedinginan hanya memakai gaun setipis dan seminim itu..." Nada suara Orion terdengar hampir seperti menggoda.

"Maaf, penampilanku ini sebenarnya sangat tidak sopan! Uh, aku mohon diri, sampai jumpa nanti pagi!" Rani merasa ada desakan aneh dalam dirinya.

(Bersambung Senin, 6 Februari 2023)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun