Mohon tunggu...
Wiselovehope aka Poetvocator
Wiselovehope aka Poetvocator Mohon Tunggu... Novelis - Desainer Komvis dan Penulis Lepas. Unik, orisinal, menulis dari hati.

aka Julianti D. ~ Instagram: @wiselovehope Https://linktr.ee/wiselovehope Https://pimedia.id/wiselovehope Email: wiselovehope@gmail.com Akun Opinia: Julianti Dewi (Wiselovehope) Akun Tiktok: juliantiwiselovehope Akun X:@wiselovehope Akun Threads: @wiselovehope

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Cinta Terakhir Sang Bangsawan (Novel Romansa Thriller Apocalypse Episode 7)

3 Februari 2023   16:49 Diperbarui: 3 Februari 2023   16:51 310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi dokumentasi pribadi

Bersijingkat agar tak ketahuan, Maharani merasa tindakannya ini cukup konyol. Langkah kakinya yang tertutup sandal-sandal kamar takkan bisa terdengar di atas karpet tebal mansion yang terbentang dari ujung ke ujung!

Orion ternyata tidak menuju kamar lain atau kamarnya sendiri. Pemuda itu malah pergi ke beranda yang tadi malam didatanginya menyusul Maharani. Udara dini hari masih terasa dingin, di luar sana hujan masih turun. Lampu di langit-langit beranda itu menyala remang saja. Orion berdiri tegap menatap pemandangan; langit gelap, hamparan taman terguyur tetesan air dari langit.

Maharani menyusulnya, berdiri di belakang pemuda itu, belum mengeluarkan suara apa-apa. Temperatur rendah membuatnya menggigil. Tetesan air hujan Everopa memang rapat-rapat dan sangat halus, menimbulkan dingin menusuk tulang, memaksa Maharani mendekap erat dirinya sendiri. Ia menggigil, sedikit menyesali diri mengapa tadi lupa membalut gaun tidur sutranya dengan tambahan kimono.

Gemeletuk giginya ternyata terdengar oleh Orion, yang segera berpaling dan menangkap basah gadis itu sedang membuntutinya!

Maharani terhenyak! "Oh, I'm so sorry, Orion! I couldn't sleep, so I walked around the house," Maharani mencoba mencari alasan, menyunggingkan senyum kaku, "then I saw that veranda door opened, and..."

"Hai, Rani. Selamat pagi, uh, tepatnya, selamat dini hari!" Orion ternyata tak marah, malah balik tersenyum seramah mungkin.

Maharani yang masih kedinginan merasa senyum itu begitu hangat, bagai panah berapi yang menembus hatinya!

"Selamat dini hari juga! Mengapa Anda, uh, kamu berada di sini dan tidak pergi tidur?" Maharani mencoba berlagak bodoh.

"Aku baru saja bertengkar dengan Rose. Uh, lupakanlah. Semenjak beberapa hari sejak aku menikah dengannya, hal seperti ini lumrah terjadi." Orion tersenyum tipis, gundah.

"Sebenarnya, maaf jika aku lancang dan ikut campur. Jika tak keberatan, dapatkah aku tahu apa yang terjadi? Apakah hubungan pribadi Orion dan Lady Rosemary memiliki masalah?"

"Tidak ada, kurasa. Setidaknya, itu dari dirinya, Rose mengaku mencintaiku. Akulah yang belum lama mengenalnya dan ini semua terlalu mendadak. Ya, ceritanya sangat panjang. Membosankan. Sesungguhnya, aku tak ingin kau direpotkan karenanya!" Orion sepertinya belum siap membuka diri, malah mengalihkan topik pembicaraan, "Rani sendiri, mengapa tak bisa beristirahat?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun