Hati Maharani masih sedikit berdebar-debar dengan kalimat bernada sedikit tak mengenakkan dari seorang wanita yang belum lama ia kenal. Alih-alih merasa tak betah, ia mencoba untuk tetap berpikir positif, walaupun heran mengapa Lady Rosemary bertindak demikian.
Wanita itu menjauh dan kembali duduk tenang di sofanya, meraih dan menikmati cangkir teh miliknya seolah tadi tak terjadi apa-apa. Gayanya anggun berkelas, tampak sekali ia seorang wanita Everopa terpelajar. Walau memuakkan, Maharani harus mengakui jika calon majikannya ini berkepribadian kuat, keras bagai batu karang, tak suka dan tak ingin dibantah dan ditentang.
Tak lama kemudian, dua remaja berusia belasan tahun tiba di ruang tamu. Keduanya tampak cantik dan tampan, berusia sekitar enam belas hingga delapan belas tahun. Bergaya elegan dan dewasa walau berusia belia, terbalut busana semi formal. Keduanya mengangguk hormat kepada Maharani sambil menyapa formal dengan suara kecil, "Selamat datang, Nona Cempaka. Kami ingin sekali belajar bahasa asing lain, khususnya Bahasa Evernesia, dari Anda. Kami harap Anda bisa membantu kami, mendidik kami hingga kami menjadi fasih berbahasa negeri Anda, sebelumnya kami ucapkan banyak terima kasih!"
Lady Rosemary segera memperkenalkan anak-anaknya, "Si sulung Leon, 17 tahun, si bungsu Grace, 15 tahun. Mereka sudah beberapa belas tahun melakukan homeschooling atau belajar di lingkungan rumah saja. Semua yang ada di lingkungan residensial kami telah mendukung kegiatan studi mereka. Kami memiliki istal, ranch, peternakan aneka hewan penghasil aneka produk dairy, ternak unggas pedaging dan petelur, perkebunan buah dan sayur, intinya, segala yang kami butuhkan di tempat ini. Rumah kami adalah sebentuk komunitas kecil yang sangat mandiri. Kuharap Anda juga akan betah di sini, Nona Cempaka, jadi..." Lady Rose mengajukan pertanyaan yang ditunggu-tunggu, "Apakah Anda tertarik untuk menerima gaji yang sudah kuajukan dan bersedia untuk tinggal di sini selama yang kami butuhkan? Jangan khawatir, Anda akan menerima lebih banyak lagi jika sudah memasuki beberapa minggu atau bulan di sini, kami akan membuat Anda tak pernah ingin kembali lagi ke Evernesia!"
Maharani berdebar-debar. Ia sungguh-sungguh hanya ingin mengajar, tak ada yang lebih didambakannya. Uang dan penghasilan besar bukan motivasi utamanya. Lalu, setelah tiba di negeri sejauh ini, mengapa tetiba sesuatu yang lain mulai mengusik batinnya?
Pemuda asing tadi diam-diam muncul lagi dalam benaknya. Jika ia memutuskan untuk tinggal di sini, ia akan bertemu lagi dan lagi dengan sosok tinggi dan tampan itu. Yang wajahnya selalu terlihat teduh dan ramah itu.
Ia belum tahu itu siapa, yang jelas bukan ayah dari anak-anak ini. Masih terlalu muda, paling-paling hanya berumur dua atau tiga tahun di atasnya. Untuk bertanya langsung, Rani masih merasa sangat segan. Namun gelegar suara Lady Rose menyentakkannya dari lamunan aneh nan indah itu.
"Nona tampaknya masih ragu-ragu. Sebenarnya tak begitu susah untuk hidup di sini bersama kami sekeluarga, asal Anda bersedia menuruti semua yang kujadikan aturan bersama yang tak boleh dilanggar, dijamin Anda akan sangat berbahagia menjadi bagian keluarga kami."
"Ba-ba-baiklah!" Tak punya pilihan lain dan tak mungkin mundur lagi setelah datang sejauh ini, Maharani akhirnya menyetujui. Sebuah surat yang telah ditandatangani Lady Rose segera berada dalam tangannya. Tulisan tangan wanita itu sangat rapi dan indah, menunjukkan tingkat keterpelajaran yang tinggi. Sempat merasa tidak nyaman, akhirnya Maharani jadi juga membubuhkan tanda tangannya sendiri.
Lady Rose bertepuk tangan tiga kali, kedua anak remajanya ikut bersorak kecil. Namun tatapan tajam mata biru tua ibu mereka seketika membuat keduanya diam seribu bahasa. Memiliki orang tua segalak itu tentu saja membuat keduanya tak bisa berkehendak sesuka hati!
"Keputusan yang tepat, Nona Cempaka! Sekarang pelayan kami akan mengantarkan Anda ke paviliun tempat Anda akan tinggal selama mengajar di sini. Silakan nikmati semua fasilitas yang ada. Hanya satu pesanku," Lady Rose berdiri dan mengedipkan salah satu matanya kepada Maharani, "sama seperti yang belum lama kukatakan kepadamu, dan itu tanpa batas waktu maupun peringatan!"
Maharani hanya bisa mengiyakan.
Fasilitas dan pemandangan yang ada di kompleks kediaman Delucas sangat indah, seperti dalam film-film Everopa. Dikelilingi pegunungan berhawa dingin, masih terasa sensasi musim gugur. Paviliun pribadi tempat Maharani tinggal juga berisi kamar mandi di mana ia bisa mandi dengan air hangat, sebuah beranda kecil dan perapian yang nyaman. Ia teringat pada vila-vila di pegunungan Evernesia. Tempat ini seperti surga kecil di bumi!
"Kurasa ini terlalu mewah untukku, tapi tak masalah! Seperti liburan saja!"
Masalah kembali datang menghampiri saat malam tiba. Maharani diajak untuk berkumpul dengan seisi keluarga itu di rumah utama, tepatnya di ruang makan utama untuk menikmati welcome dinner.
Maharani sudah berusaha berdandan secantik dan sepantas mungkin. Diriasnya wajahnya sendiri dengan make-up glowing namun bernuansa minimalis seperti yang sering ia lihat dalam tutorial-tutorial sederhana di media sosial. Sebetulnya ia cenderung tomboy, namun ia menyukai juga dandanan seperti ini di saat-saat istimewa. Rasanya seperti mau pergi berkencan dengan seorang pangeran! Gaun malam biru muda yang disediakan keluarga Delucas untuk dikenakannya membuatnya tampil beda bagaikan Cinderella. Sempat khawatir karena tak begitu tahan dingin, Maharani bisa merasa sedikit lega karena ruang makan utama itu bukan hanya besar, elegan, dan nyaman. Perapian utama telah dinyalakan sehingga suasana bertambah hangat. Apinya menyala lembut dan berpendar hangat bagaikan di film-film romantis.
Dan tentunya kehadiran lengkap keempat anggota keluarga itu membuat Maharani terhenyak. Rona merah muda seketika muncul pada kedua belah pipinya.
Lady Rose, Leon, Grace, Orion...
(Bersambung)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H