Mohon tunggu...
Wiselovehope aka Poetvocator
Wiselovehope aka Poetvocator Mohon Tunggu... Novelis - Desainer Komvis dan Penulis Lepas. Unik, orisinal, menulis dari hati.

aka Julianti D. ~ Instagram: @wiselovehope Https://linktr.ee/wiselovehope Https://pimedia.id/wiselovehope Email: wiselovehope@gmail.com Akun Opinia: Julianti Dewi (Wiselovehope) Akun Tiktok: juliantiwiselovehope Akun X:@wiselovehope Akun Threads: @wiselovehope

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Angpao Terakhir untuk Mei Ling (2 dari 3)

25 Januari 2023   09:30 Diperbarui: 25 Januari 2023   09:38 258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi edit pribadi

Tak lama kemudian, sesosok wanita muda berblus formal dan rok sedikit di atas lutut agak ketat memasuki ruangan. Johan berdeham, tak mampu ditahannya rona merah jambu di wajahnya. Gadis secantik model itu memiliki aura bintang film tak tergambarkan. "Ya, Ayah? Ada tamu? Selamat da..."

"Johan, perkenalkan, ini Mei Ling, putri tinggal saya. Jika ingin berbisnis dengan keluarga kami, Johan harus mengakrabkan diri dahulu dengannya. Mei Ling adalah penerus usaha kami, jadi saya sangat percaya kepadanya. Jika saya sedang tak di tempat, Mei Ling mengambil alih semua urusan. Bagaimana, setuju, Johan?" Koh Ahiung tahu jika Johan mulai tergoda.

Sedangkan Mei Ling seperti biasa, selalu berusaha menjaga agar tetap anggun. Namun dari mata hitam sipitnya, sesuatu berbeda kali ini ia rasakan. Tak seperti saat bersama Teddy Tan dan beberapa pemuda sebelumnya, Johan Chow sangat menarik bagaikan magnet.  Rasanya kali ini betulan jatuh cinta. Mei Ling membeku di tempat bagaikan baru saja ditembak ribuan panah Cupid. Tubuhnya memanas, nyaris lemas. Tak berani memandang lama-lama, Mei Ling bahkan lupa menyapa.

"Mei Ling?" panggilan ayahnya membuyarkan segalanya.

"Oh, ya, maafkan aku, senang berkenalan denganmu, Johan." Mei Ling akhirnya bisa tersenyum walau tak sepercaya diri biasanya.

Tangan Johan terulur. Mei Ling menyambutnya. Genggaman pemuda itu kuat namun terasa hangat dan lembut. Mei Ling merasa keringat terbit di telapak mulusnya yang gemetaran. Ia tersipu-sipu, bahkan lupa melepaskan diri.

"Tak perlu malu-malu. Aku juga senang berkenalan denganmu," nada suara Johan maskulin rendah, tipe yang Mei Ling sukai, "sangat... senang."

(Bersambung besok)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun