Mohon tunggu...
Wiselovehope aka Poetvocator
Wiselovehope aka Poetvocator Mohon Tunggu... Novelis - Desainer Komvis dan Penulis Lepas. Unik, orisinal, menulis dari hati.

aka Julianti D. ~ Instagram: @wiselovehope Https://linktr.ee/wiselovehope Https://pimedia.id/wiselovehope Email: wiselovehope@gmail.com Akun Opinia: Julianti Dewi (Wiselovehope) Akun Tiktok: juliantiwiselovehope Akun X:@wiselovehope Akun Threads: @wiselovehope

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Angpao Terakhir untuk Mei Ling (2 dari 3)

25 Januari 2023   09:30 Diperbarui: 25 Januari 2023   09:38 258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi edit pribadi

(Bagian 2, bagian 1 tayang kemarin.)

Di saat-saat sulit itu, tiada angin tiada hujan, Mei Ling memutuskan hubungan dengan Teddy!

"Maaf, ini semua terlalu berat bagiku. Kau sudah tak punya apa-apa, Ted! Kita putus saja, ya! Terima kasih jika ada kekurangan selama ini, dan selamat tinggal."

"Tapi, Mei, bukankah kau berjanji..." Teddy hendak menangis, namun lelaki dilarang untuk meneteskan air mata.

Sementara Teddy dan Koh Tan hanya bisa berduka, Mei Ling dan keluarga Koh Ahiung tersenyum bahagia. Selama petualangan kecilnya dengan Teddy, Mei Ling berhasil masuk ke istana Koh Tan dan mengumpulkan beberapa 'petunjuk' berharga. Saat Teddy lengah, terlalu percayaan, Mei Ling beraksi. Bukan hanya kegiatan sehari-hari keluarga Koh Tan berhasil ia ketahui, uang pengobatan yang dipercayakan itu tak pernah ia belikan obat-obatan, apalagi dikembalikan!

Teddy Tan hanya satu dari beberapa pemuda selanjutnya yang hadir dalam hidup Mei Ling. Keluarga Koh Ahiung semakin makmur saja. Mei Ling kerap berganti pacar, semua keluarga mantannya berakhir dalam kemalangan. Entah rekening dibobol, kemalingan, dan lain sebagainya. Namun siapa bisa curiga kepada keluarga itu dan apa yang mereka perbuat? Tak pernah ada bukti akurat maupun hal-hal mencurigakan. Hingga akhirnya Mei Ling bertemu dengan rekan bisnis teranyar Koh Ahiung, calon korban berikutnya!

Suatu siang di kantor pusat, tepatnya ruang pribadi Koh Ahiung yang nyaman ber-AC, terjadi pertemuan empat mata.

"Perkenalkan. Nama saya Johan Chow, saya bermaksud berguru dan menjalin kerja sama bisnis dengan Koh Ahiung! Saya masih pemula di bisnis toko retail yang kebetulan saya emban sebagai warisan dari almarhum-almarhumah orang tua. Saya percaya karena opa-oma saya kenal akrab dengan ayah Anda, Koh Ahiung. Mungkin Anda pernah dengar tentang Opa Chow."

Baca juga: Uang, Uang, Uang

"Oh, Opa Chow, pebisnis era ayah saya! Tentu saja ingat, beliau sangat terkenal!" Koh Ahiung yang kini sudah memiliki lebih banyak cabang toko retail semula ragu pada anak muda yang belum lama dikenalnya. Selama ini 'korban' hanya sesama keluarga besar seperti halnya Koh Tan. Johan Chow muncul sebagai 'calon tunggal', belum pernah ada yang seperti ini. Namun mendengar nama yang tak asing baginya sambil melihat anak muda tampan yang mirip Cha Eun Woo ini sebagai tambang emas baru yang bisa dimanfaatkan, tentu saja akan didorongnya maju Mei Ling sebagai umpan andalan.

"Johan, tentu saja kau boleh berguru dan menjalin hubungan bisnis yang baik dengan kami. Syaratnya, kau harus berkenalan dulu dengan wanita muda kepercayaanku." Koh Ahiung meraih telepon genggam mewahnya, mengetikkan beberapa chat.

Tak lama kemudian, sesosok wanita muda berblus formal dan rok sedikit di atas lutut agak ketat memasuki ruangan. Johan berdeham, tak mampu ditahannya rona merah jambu di wajahnya. Gadis secantik model itu memiliki aura bintang film tak tergambarkan. "Ya, Ayah? Ada tamu? Selamat da..."

"Johan, perkenalkan, ini Mei Ling, putri tinggal saya. Jika ingin berbisnis dengan keluarga kami, Johan harus mengakrabkan diri dahulu dengannya. Mei Ling adalah penerus usaha kami, jadi saya sangat percaya kepadanya. Jika saya sedang tak di tempat, Mei Ling mengambil alih semua urusan. Bagaimana, setuju, Johan?" Koh Ahiung tahu jika Johan mulai tergoda.

Sedangkan Mei Ling seperti biasa, selalu berusaha menjaga agar tetap anggun. Namun dari mata hitam sipitnya, sesuatu berbeda kali ini ia rasakan. Tak seperti saat bersama Teddy Tan dan beberapa pemuda sebelumnya, Johan Chow sangat menarik bagaikan magnet.  Rasanya kali ini betulan jatuh cinta. Mei Ling membeku di tempat bagaikan baru saja ditembak ribuan panah Cupid. Tubuhnya memanas, nyaris lemas. Tak berani memandang lama-lama, Mei Ling bahkan lupa menyapa.

"Mei Ling?" panggilan ayahnya membuyarkan segalanya.

"Oh, ya, maafkan aku, senang berkenalan denganmu, Johan." Mei Ling akhirnya bisa tersenyum walau tak sepercaya diri biasanya.

Tangan Johan terulur. Mei Ling menyambutnya. Genggaman pemuda itu kuat namun terasa hangat dan lembut. Mei Ling merasa keringat terbit di telapak mulusnya yang gemetaran. Ia tersipu-sipu, bahkan lupa melepaskan diri.

"Tak perlu malu-malu. Aku juga senang berkenalan denganmu," nada suara Johan maskulin rendah, tipe yang Mei Ling sukai, "sangat... senang."

(Bersambung besok)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun