3. Apa yang sudah berlalu, biarlah berlalu. Namun jangan pernah melupakan. Maafkan, namun hendaknya jangan lengah dan terlena. Jangan ulangi kesalahan.
Tahukah fabel populer lomba lari kelinci lawan kura-kura?
Kelinci kadang terlalu percaya diri dan yakin akan menang, ia jauh lebih cepat daripada kura-kura.
Kita mungkin sudah seperti si kelinci, sudah memiliki segalanya. Cepat, tangkas, berbakat. Namun kita malah santai menunggu dan menertawakan kura-kura yang lambat.
Kita malah pergi tidur di bawah sebatang pohon menunggu kura-kura yang masih sangat jauh tertinggal, terlena angin sepoi-sepoi, hanyut dalam impian dan pujian. Sampai kapan?
Ingatlah jika kelinci juga kadang tertinggal. Bukan karena ia tak cepat, melainkan karena kecerobohannya sendiri.
"Nanti ah, santuy ah, malas ah, aku sudah femes, uangku banyak..."
Sebaliknya, apakah kita kadang juga masih seperti kura-kura?
Kura-kura tahu ia tak diberi bakat berlari cepat. Ia sadar kakinya lemah, pendek, tak bisa sprint. Tapi ia tetap berjalan walau lambat.
Semua menertawakannya. Semua meninggalkannya dan tidak mendukungnya. Namun kemudian, apa yang terjadi?